Pertanyaan :
Perkenalkan nama saya Sutoyo, peternak layer dari Kediri, Jawa Timur. Saya sering membaca tulisan bapak terutama hal-hal yang berhubungan dengan peternakan layer. Terus terang pak bahwa saat sekarang saya sedang mencari solusi bagaimana caranya mempertahankan puncak produksi dan mempertahankan produksi agar tidak mengalami penurunan yang drastis terutama pada ayam umur di atas 50 minggu. Saya sudah mencoba menggunakan beberapa produk yang disarankan oleh beberapa TS untuk diaplikasikan lewat air minum tapi sepertinya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Saya sekarang mencari produk yang bisa diaplikasikan melalui pakan karena saya membuat pakan sendiri. Atas bantuan bapak saya mengucapkan terimakasih. Sutoyo – Kediri
Jawab :
Terimakasih kami ucapkan pada pak Sutoyo atas pertanyaannya, Seperti yang kita ketahui bersama saat ini bahwa kasus penurunan produksi pada ayam petelur (layer) memang umum terjadi pada pasca puncak produksi (post-peak period), akan tetapi kita harus selalu berusaha agar penurunan yang terjadi tidak terlalu signifikan, sehingga masih bisa memberikan nilai ekonomis bagi peternak. Penurunan produksi ini biasanya terjadi setelah minggu ke-30 an sampai menjelang afkir (± 80 minggu) tergantung keadaan ayamnya.
Kita ketahui bersama, bahwa dampak lain akibat dari bertambahnya umur ayam petelur adalah warna cangkang telur yang biasanya sudah berubah dari coklat gelap kearah coklat keputihan bahkan banyak berbintik-bintik suram, demikian juga dengan kekuatan cangkang telur mudah crack/ pecah seperti yang terlihat gambar kurva hubungan produksi ayam petelur dengan kemungkinan masalah kualitas telur yang timbul pada setiap periode pemeliharaan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas telur biasanya sebagai berikut : 1.) Keseimbangan energy dari asupan pakan, 2. Kecukupan dan keseimbangan sumber mineral (terutama Ca, P, mineral mikro) dan nutrisi (terutama protein) sebagai agen pembentuk komponen telur, 3). Optimalnya kerja organ hati sebagai agen pengontrol metabolis enzim dan usus sebagai agen penyerap nutrisi.
Dalam sistem metabolisme ternak, senyawa VFA (Volatile Fatty Acid ) atau asam lemak berantai pendek merupakan pemacu (booster) dalam sistem pembentukan enzim yang terjadi di dalam hati (ibarat komponen elektronika sebagai baterai). Pada ternak usia produktif, produksi VFA diarahkan untuk pemenuhan booster pada hati, karena organ pencernaan masih dalam kondisi baik, hal ini mengakibatkan metabolisme berjalan sangat optimal sehingga berdampak pada produktivitas ternak yang tinggi. Sementara itu, pada ternak usia lanjut, terjadi penurunan fungsi dari organ pencernaan akibat adanya akumulasi toksin dan bakteri patogen. Akibatnya VFA yang diproduksi diarahkan untuk memperbaiki performa organ pencernaan, sehingga supply VFA ke hati menjadi berkurang dan mengakibatkan penurunan metabolisme enzim dalam hati. Hal inilah yang menyebabkan produksi dan kualitas telur terganggu. Bahkan penambahan nutrisi berlebih pada ternak tua, tidak menjamin akan mampu meningkatkan performa produksi telur.
Dari sudut pandang suplementasi pakan, upaya dalam menunjang produktivitas ternak dilakukan dengan usaha yang bersifat pencegahan, yaitu menjaga supply VFA pada organ hati dan pencernaan untuk setiap fase agar tetap dapat terpenuhi sehingga mampu mengoptimalkan performa ayam pada pasca puncak produksi.
Fenanza sebagai salah satu distributor Feed additives sangat memahami keadaan ini, oleh sebab ini bersama dengan Provimi, perusahaan Netherlands, memperkenalkan produk baru PROVIMAX yang fokus memberikan solusi terhadap pemeliharaan performa pasca puncak produksi karena PROVIMAX merupakan suplemen yang terdiri dari 4 SCFA (Short Chain Fatty Acid) atau asam lemak berantai pendek, yaitu Ca-Butirat, Ca-Laktat, Ca-Propionat dan Asam Fumarat. PROVIMAX mampu memperbaiki kinerja enzim di hati yang dapat berdampak meningkatkan sintesis protein pada cangkang telur, meningkatkan penyerapan nutrisi, mencegah bakteri patogen berkembang biak, dan meningkatkan populasi bakteri non patogen, sehingga memperkuat cangkang dan mampu mengurangi potensi telur pecah, menurunkan FCR, meningkatkan egg mass dan mengoptimalkan produksi telur pasca puncak produksi. Secara pengujian in vivo pada 20.000 ekor ayam petelur, penggunaan PROVIMAX pada usia minggu ke 59-69 mampu meningkatkan produksi hingga 2,8% dibanding perlakuan kontrol (tanpa PROVIMAX).
Penggunaan PROVIMAX dapat memberikan hasil secara optimal pada pengaplikasian usia ternak >40 minggu atau saat mulai terlihat penurunan produktivitas telur. Adapun dosis pemakaian dapat berkonsultasi langsung dengan tim technical Fenanza di lapangan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bisa menjadi solusi yang tepat untuk peternakan Bapak kedepannya. Untuk informasi yang lebih lanjut, jangan pernah ragu untuk menghubungi Tim Fenanza maupun melalui redaksi Majalah Trobos atau kunjungi website kami di www.fenanza.id. Selamat beternak. Salam
Artikel ini juga dimuat dalam Artikel Dialog Fenanza Majalah Trobos Livestock edisi Juli 2020