Pertanyaan:
Bapak Anton – Surabaya
Kami formulator pakan dari salah satu feedmill di Jawa Timur yang memproduksi pakan udang, dimana saat ini karena alasan ekonomis banyak menggunakan bahan-bahan nabati yang mengandung lemak dan serat diantaranya dedak padi, bungkil kelapa sawit, dan bungkil kopra. Akan tetapi, akibat pemakaian bahan-bahan tersebut kualitas pelet kami menjadi mudah patah, pendek-pendek, gampang luruh ketika pakan berada di dalam air serta banyak debu. Kami sudah mencoba menggunakan bahan perekat pelet seperti terigu dan tepung gaplek (cassava), tetapi sejauh ini belum berhasil memperbaiki kualitas pelet yang kami produksi. Sebagaimana diketahui persyaratan utama untuk pakan udang adalah water stability (WS), yaitu ketanahan bentuk pakan di air haruslah baik serta pakan tidak mudah leaching (luruh) di dalam air. Yang ingin kami tanyakan adalah apakah ada bahan additive yang efektif dapat memperbaiki performa pelet agar lebih kompak dan padat serta mempunyai WS yang bagus ? Terimakasih.
Jawaban :
Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih atas pertanyaan yang Bapak tujukan kepada kami. Kami setuju dengan Bapak, bahwa ketahanan bentuk pelet di dalam air dan minimalnya peluruhan partikel pakan merupakan persyaratan utama dari layaknya pakan udang. Kestabilan bentuk pelet di dalam air atau yang lebih dikenal dengan water stability feed (WS), merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan. Minimalnya peluruhan pakan dalam air akan berdampak kepada pakan terserap maksimal oleh hewan target dan meminimalisir kerusakan air karena timbunan bahan organik dari pakan. Pakan yang tahan dalam air yang hanya mengalami sedikit perubahan kualitas dan kuantitas adalah pakan yang mempunyai persyaratan fisik yang baik. Untuk mencapai keadaan ini dianjurkan agar pakan udang secara fisik masih tetap utuh kira-kira selama tiga jam berada di dalam air.
Salah satu uji daya tahan pakan dalam air adalah dapat dilakukan dengan merendam pelet dalam air dan dihitung berapa lama pelet tersebut tahan dalam air sampai hancur. Semakin lama pelet tersebut bertahan, maka semakin baik pula kualitas pelet tersebut.
Selain dari faktor kekerasan pelet, daya tahan pelet dalam air dapat disiasati dengan beberapa cara, antara lain yaitu dengan mempergunakan perekat, lama pengeringan yang optimal dan merata serta memperbesar ukuran pelet seoptimal mungkin, dalam hal ini tidak memungkinkan untuk pakan udang, karena ukuran pelet menyesuaikan dengan ukuran udang/kebutuhan udang.
Pelet umumnya dibuat dari campuran beberapa macam bahan pakan dan umumnya kemudian ditambahkan perekat baik alami maupun kimiawi. Salah satu bahan perekat adalah kanji yang berasal dari tepung tapioka. Problemnya adalah penambahan bahan perekat alami, akan mengurangi kandungan nutrisi pellet, karena porsi yang digunakan perekat alami cukup besar agar bisa berdampak sebagai perekat pakan. Sehingga penggunaan bahan perekat yang bersifat sebagai aditif/kimiawi merupakan solusi efektif dalam hal ini.
Tahapan proses produksi yaitu proses grinding dalam menghaluskan partikel bahan sangat membantu dalam membentuk kualitas pelet yang baik. Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula. Proses perekatan pada pelleting pakan utamanya dimulai dari proses pemanasan di-conditioning yaitu tekanan panas uap air “steam” masuk ke dalam pori pati yang mengakibatkan terjadinya gelatinasi pati (pembengkakan granula pati) dalam proses tersebut granula pati yang pecah mengikat partikel bahan lain sehingga pada pencetakan pelet terbentuk fisik yang padat dan kompak. Gelatinasi tidak terjadi pada fraksi serat, minyak dan mineral bahkan jenis bahan tersebut jika berlebih dapat mengurangi daya gelatinasi. Oleh karena itu, perlu ditambahkan bahan yang bersifat perekat-binding yang aktif hanya melalui reaksi dengan moisture tanpa proses gelatinasi. PMC (Polimethylol carbamide) sebagai binding agent perlu ditambahan dalam pakan, sebagai pengikat PMC yang tidak mengurangi porsi nutrisi dalam pakan, dikarenakan PMC bersifat sebagai aditif dengan dosis pemakaian rendah dan harga yang lebih ekonomis. Penambahan sebagai additive pada pakan dilaporkan mampu memberikan efek binding yang kuat (excellent binding), yaitu mengompakkan pakan dengan tekstur yang sulit kompak sekalipun karena adanya kandungan serat dan lemak yang relatif tinggi pada pakan.
Dengan penambahan PMC merupakan solusi yang sangat tepat dalam mengurangi debu selama handling pakan sampai pakan dimakan oleh udang, meningkatkan WS pakan dan menjaga nutrisi tidak hilang selama di dalam air. Sehingga permasalahan sulitnya pencapaian WS dan tingginya leaching (peluruhan pakan) di dalam air akan dapat teratasi dengan baik.
Selain itu PMC juga bersifat kompatibel dengan bahan nutrisi dan tidak mempengaruhi palatabilitas pakan seperti binder-binder kimia pakan lainnya yang seringkali mereduksi palatabilitas pakan. Pengaplikasian PMC dalam pakan tidak menimbulkan residu, tidak beracun dan ramah lingkungan. PMC tidak akan diserap selama proses pencernaan dan dapat terdegradasi secara berlahan pada saat terpapar di lingkungan.
Adapun dosis pemakaian PMC pada pakan udang disarankan dalam kisaran 4 – 6 kg per ton pakan (inclusion) tergantung kadar bahan utamanya pakan tersebut. Untuk aplikasi penggunaan dan mekanisme proses produksi yang tepat dengan penambahan pellet binder PMC, Bapak bisa menghubungi Tim Fenanza di lapangan. Besar harapan kami dengan pemakaian PMC ini, permasalahan Bapak dapat segera teratasi dengan baik dan pakan udang yang bapak produksi mempunyai peforma yang baik serta unggul di lapangan. Salam. (D)
(Trobos – Februari, 2019)