(021) 83787990

contact@fenanza.id

Mengatasi Wet Dropping pada Unggas Melalui Penambahan Mycotoxin Binder

Pertanyaan :

Daryanto – Pasuruan, Jawa Timur

Kami formulator dari  salah satu feedmill yang memproduksi pakan broiler di daerah Jawa Timur.  Saat ini kami sedang mengalami kendala yang cukup serius, dimana pakan broiler yang kami produksi menyebabkan unggas mengalami wet dropping.  Melalui kesempatan ini kami ingin menanyakan solusi dari permasalahan tersebut dan apakah ada suplementasi dari feed additive yang tepat yang bisa mengatasinya. 

Jawaban :

Dear Bapak Daryanto,

Terima kasih atas pertanyaannya. Terus terang ini adalah suatu pertanyaan yang sulit-sulit gampang mengingat bahwa penyebab wet dropping pada peternakan ayam broiler tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tapi oleh banyak faktor bahkan kombinasi dari faktor-faktor tersebut.   Namun demikian, kami akan sedikit memberikan pemikiran tentang wet dropping

Kotoran basah (wet dropping) merupakan salah satu permasalahan klasik pada peternakan unggas di negara tropik seperti di Indonesia. Kondisi iklim yang hangat dan lembab, sistem pemeliharaan yang masih sederhana, tingkat stres lingkungan yang tinggi merupakan beberapa penyebab dari permasalahan ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa wet dropping merupakan penyakit non-infeksius yang disebabkan karena faktor eksternal (lingkungan) dan intrinsik (kelebihan ekskresi air). Wet dropping juga dapat disebabkan karena diare yang merupakan penyakit infeksius pada saluran pencernaan akibat adanya gangguan nutrisi atau karena adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, parasit, mikotoksin, malabsorbsi, dll.

Manajemen kandang

Kelalaian pengontrolan suhu, kelembaban, dan densitas (kepadatan) ayam di dalam kandang akan menyebabkan ayam mengalami heat stress sehingga ayam lebih banyak minum dibandingkan makan, dan feses yang dikeluarkan memiliki konsistensi lebih cair atau lembek.

Penyebab wet dropping yang paling sering ditemukan dalam pakan adalah bahan baku (biji-bijian) yang berjamur karena penyimpanan yang kurang sempurna, sehingga menghasilkan mikotoksin. Meskipun tidak semua jamur menghasilkan racun, namun tidak ada jaminan bahwa bahan baku pakan yang digunakan terbebas dari kontaminasi mikotoksin, terutama jenis aflatoksin dan T-2 toksin yang menyebabkan iritasi saluran pencernaan dan menyebabkan terjadinya kasus wet dropping (diare)

Kondisi pakan yang kurang bagus tersebut dapat memperbesar resiko meningkatnya FCR (Feed Conversion Rate), karena tingkat kematian lebih tinggi.  Selain itu wet dropping dapat disebabkan karena protein yang tidak tercerna dengan baik, sehingga menyebabkan kotoran basah yang mengandung amonia dan menimbulkan bau busuk. Bau busuk yang ditimbulkan dapat menyebabkan ayam mudah terkena penyakit pernafasan. Sementara itu mikotoksin jenis ochratoxin A, citrinin, dan oosporin dapat menyebabkan perubahan fungsi ginjal seperti terjadinya poliuria (produksi urin yang berlebihan) sehingga feses menjadi basah yang pada akhirnya bisa menurunkan feed intake. Turunnya sistem pertahanan tubuh ayam, serta respon vaksin yang tidak maksimal, juga dapat menyebabkan kejadian wet dropping.

Salah satu langkah pencegahan selain peningkatan sanitasi adalah Mycotoxin Risk Assessment, yaitu analisa kadar mikotoksin bahan baku yang akan digunakan (dapat dilakukan oleh Fenanza Laboratory Team). Apabila hasil menunjukkan adanya paparan mikotoksin, kemudian ditentukan batas level toleransi kadar mikotoksin dan efek yang timbul pada ayam (referensi standar).  

Adapun suplemen kesehatan non antibiotik yang kami sarankan adalah pemberian agen pengikat mikotoksin yang diperkaya dengan senyawa herbal medicine yaitu MASTERSORB, untuk dosis pencegahan adalah 0,5 kg per ton pakan. Namun jika sudah terjadi outbreak, maka dosis pengobatan harus dilakukan adalah 2 kg per ton pakan (inclusion pada pakan) selama 1 minggu berturut-turut atau sampai gejala klinis mereda.

MASTERSORB adalah produk Mycotoxin Binder yang mampu memberikan pencegahan dini terhadap kasus terakumulasinya mikotoksin pada tubuh ayam terutama pada saluran pencernaan karena Mastersorb merupakan  Mycotoxin binder yang berkualitas dan mampu mengikat toksin dengan konsentrasi tinggi (high adsorbing), bersifat mengikat kuat lebih dari 1 jenis mikotoksin (punya spektrum luas dalam mengikat berbagai jenis toksin), efektif mengikat mikotoksin meskipun dengan dosis rendah, tahan terhadap pemanasan pelleting 80-850C pada proses pembuatan pakan, dan tidak mengikat nutrisi mikro dalam pakan seperti vitamin dan mineral. MASTERSORB sebagai masternya pengikat mikotoksin memberikan 2 pilihan produk yaitu MASTERSORB FM untuk pemeliharaan regular seperti broiler, dan MASTERSORB GOLD untuk menanggulangi akumulasi mikotoksin yang lebih komplek terutama untuk breeder dan layer.  Demikian yang dapat kami sampaikan semoga bisa menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi wet dropping pada unggas yang mengkonsumsi pakan broiler yang bapak produksi.  Salam.

(Trobos – Jan,2019)

Share Artikel Ini
Artikel Event Lainnya

Pertanyaan :

Daryanto – Pasuruan, Jawa Timur

Kami formulator dari  salah satu feedmill yang memproduksi pakan broiler di daerah Jawa Timur.  Saat ini kami sedang mengalami kendala yang cukup serius, dimana pakan broiler yang kami produksi menyebabkan unggas mengalami wet dropping.  Melalui kesempatan ini kami ingin menanyakan solusi dari permasalahan tersebut dan apakah ada suplementasi dari feed additive yang tepat yang bisa mengatasinya. 

Jawaban :

Dear Bapak Daryanto,

Terima kasih atas pertanyaannya. Terus terang ini adalah suatu pertanyaan yang sulit-sulit gampang mengingat bahwa penyebab wet dropping pada peternakan ayam broiler tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tapi oleh banyak faktor bahkan kombinasi dari faktor-faktor tersebut.   Namun demikian, kami akan sedikit memberikan pemikiran tentang wet dropping

Kotoran basah (wet dropping) merupakan salah satu permasalahan klasik pada peternakan unggas di negara tropik seperti di Indonesia. Kondisi iklim yang hangat dan lembab, sistem pemeliharaan yang masih sederhana, tingkat stres lingkungan yang tinggi merupakan beberapa penyebab dari permasalahan ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa wet dropping merupakan penyakit non-infeksius yang disebabkan karena faktor eksternal (lingkungan) dan intrinsik (kelebihan ekskresi air). Wet dropping juga dapat disebabkan karena diare yang merupakan penyakit infeksius pada saluran pencernaan akibat adanya gangguan nutrisi atau karena adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, parasit, mikotoksin, malabsorbsi, dll.

Manajemen kandang

Kelalaian pengontrolan suhu, kelembaban, dan densitas (kepadatan) ayam di dalam kandang akan menyebabkan ayam mengalami heat stress sehingga ayam lebih banyak minum dibandingkan makan, dan feses yang dikeluarkan memiliki konsistensi lebih cair atau lembek.

Penyebab wet dropping yang paling sering ditemukan dalam pakan adalah bahan baku (biji-bijian) yang berjamur karena penyimpanan yang kurang sempurna, sehingga menghasilkan mikotoksin. Meskipun tidak semua jamur menghasilkan racun, namun tidak ada jaminan bahwa bahan baku pakan yang digunakan terbebas dari kontaminasi mikotoksin, terutama jenis aflatoksin dan T-2 toksin yang menyebabkan iritasi saluran pencernaan dan menyebabkan terjadinya kasus wet dropping (diare)

Kondisi pakan yang kurang bagus tersebut dapat memperbesar resiko meningkatnya FCR (Feed Conversion Rate), karena tingkat kematian lebih tinggi.  Selain itu wet dropping dapat disebabkan karena protein yang tidak tercerna dengan baik, sehingga menyebabkan kotoran basah yang mengandung amonia dan menimbulkan bau busuk. Bau busuk yang ditimbulkan dapat menyebabkan ayam mudah terkena penyakit pernafasan. Sementara itu mikotoksin jenis ochratoxin A, citrinin, dan oosporin dapat menyebabkan perubahan fungsi ginjal seperti terjadinya poliuria (produksi urin yang berlebihan) sehingga feses menjadi basah yang pada akhirnya bisa menurunkan feed intake. Turunnya sistem pertahanan tubuh ayam, serta respon vaksin yang tidak maksimal, juga dapat menyebabkan kejadian wet dropping.

Salah satu langkah pencegahan selain peningkatan sanitasi adalah Mycotoxin Risk Assessment, yaitu analisa kadar mikotoksin bahan baku yang akan digunakan (dapat dilakukan oleh Fenanza Laboratory Team). Apabila hasil menunjukkan adanya paparan mikotoksin, kemudian ditentukan batas level toleransi kadar mikotoksin dan efek yang timbul pada ayam (referensi standar).  

Adapun suplemen kesehatan non antibiotik yang kami sarankan adalah pemberian agen pengikat mikotoksin yang diperkaya dengan senyawa herbal medicine yaitu MASTERSORB, untuk dosis pencegahan adalah 0,5 kg per ton pakan. Namun jika sudah terjadi outbreak, maka dosis pengobatan harus dilakukan adalah 2 kg per ton pakan (inclusion pada pakan) selama 1 minggu berturut-turut atau sampai gejala klinis mereda.

MASTERSORB adalah produk Mycotoxin Binder yang mampu memberikan pencegahan dini terhadap kasus terakumulasinya mikotoksin pada tubuh ayam terutama pada saluran pencernaan karena Mastersorb merupakan  Mycotoxin binder yang berkualitas dan mampu mengikat toksin dengan konsentrasi tinggi (high adsorbing), bersifat mengikat kuat lebih dari 1 jenis mikotoksin (punya spektrum luas dalam mengikat berbagai jenis toksin), efektif mengikat mikotoksin meskipun dengan dosis rendah, tahan terhadap pemanasan pelleting 80-850C pada proses pembuatan pakan, dan tidak mengikat nutrisi mikro dalam pakan seperti vitamin dan mineral. MASTERSORB sebagai masternya pengikat mikotoksin memberikan 2 pilihan produk yaitu MASTERSORB FM untuk pemeliharaan regular seperti broiler, dan MASTERSORB GOLD untuk menanggulangi akumulasi mikotoksin yang lebih komplek terutama untuk breeder dan layer.  Demikian yang dapat kami sampaikan semoga bisa menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi wet dropping pada unggas yang mengkonsumsi pakan broiler yang bapak produksi.  Salam.

(Trobos – Jan,2019)

Share Artikel Ini
Artikel Event Lainnya
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!