(021) 83787990

contact@fenanza.id

Kiat Mengatasi Heat Stress pada Unggas dengan Suplementasi Vitamin C Terenkapsulasi

Pertanyaan:

Selamat pagi pak, Saya Irvan dari Bandung, saat ini saya memiliki peternakan ayam petelur (layer) menggunakan pakan campuran sendiri (self-mixing). Sudah selama beberapa hari ini saya mengamati ayam-ayam saya ‘terengah-engah’ dan akibatnya terjadinya penurunan produksi telur dan terjadi deplesi pada beberapa ekor. Saya sudah cari informasi dari komunitas dan kenalan orang Technical, mereka rata-rata merekomendasikan untuk memberikan antistress/ vitamin C, namun setelah saya coba, hasilnya kurang maksimal karena produksi masih tetap turun dan kadang telur ada yang tipis. Mohon solusinya dari Fenanza untuk mengatasi masalah tersebut, terimakasih. Salam

  

Terimakasih Pak Irvan atas pertanyaan yang diberikan kepada Fenanza. Kami mengapresiasi pertanyaan yang telah bapak berikan kepada tim Fenanza. Berkaitan dengan permasalahan yang Bpk alami, kondisi yang dimaksud merupakan salah satu gejala cekaman panas (heat stress) pada ternak. Cekaman panas merupakan kondisi dimana ayam mengalami stress yang diakibatkan oleh panas tubuh melebihi batas maksimumnya (41-42 oC). Hal itu terjadi karena adanya respons biologis ayam terhadap perubahan suhu pada tubuhnya, ayam berusaha membuang panas melalui proses panting (terengah-engah) karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, sehingga proses pembuangan panas dilakukan melalui paruhnya. Namun, tingkah laku panting hanya satu dari berbagai cara pembuangan panas, karena ayam juga bisa kehilangan panas melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi. Respons tersebut akibat ayam petelur merupakan hewan berdarah panas (homoiterm) yang mana harus menyesuaikan dengan suhu lingkungan sekitarnya.

Penyebab adanya heat stress dibagi menjadi dua, yaitu faktor lingkungan yang sering disebabkan oleh suhu, kelembapan dan geografis. Ketika suhu cenderung tinggi, secara otomatis mempengaruhi hormon kortikosteron, glukortikoid, kortisol dan adrenalin yang mengakibatkan tingginya suhu tubuh. Sementara faktor yg disebabkan oleh manusia terjadi karena kepadatan kandang, proses transportasi, hingga saat proses penanganan ternak. Faktor lingkungan, terutama suhu tinggi menjadi penyebab heat stress yg paling umum terjadi dikalangan peternak ayam, baik pedaging maupun petelur.  

Fakta di lapangan, heat stress sangat umum terjadi di Indonesia, mengingat kondisi geografis & iklim tropis yang mengakibatkan suhu relative lebih tinggi. Namun sayangnya beberapa peternak belum menaruh perhatian lebih terhadap kasus seperti ini, Beberapa penelitian melaporkan bahwa heat stress mengakibatkan: 1). Penurunan konsumsi pakan hingga 16,4%, bobot badan 32,6%, dan meningkatkan FCR hingga 25,6% sehingga berdampak langsung terhadap performa produksi, 2). Konsumsi air minum tinggi yg mengakibatkan feses cenderung encer & cenderung basah, 3). Penurununan limfosit (sel darah putih) yg mengakibatkan turunnya imunitas, ayam mudah sakit, antibody lemah, hingga kematian, 4. Penurunan kecernaan pakan dan plasma protein yg berdampak pada kualitas telur yg buruk, seperti kerabang tipis & telur kecil-kecil.

Penanggulangan heat stress dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya memperbaiki kondisi kandang, melakukan penjarangan, dan pemberian suplementasi antistress. Dalam kondisi darurat, pemberian suplementasi antistress seperti vitamin C (asam askorbat) sangat dianjurkan karena memiliki peran ganda sekaligus, karena dapat mencegah dan menanggulangi heat stress. Dalam kondisi stress, ternak memproduksi radikal bebas yang tinggi, sehingga peran vitamin C dibutuhkan sebagai antioksidan dan fotoprotektan.

Berkaitan dengan pertanyaan Bapak, yang sebelumnya telah memberikan suplementasi antistress namun hasilnya belum maksimal. Hal itu bisa terjadi karena kualitas produk yang digunakan. Kami merekomendasikan menggunakan HALOR C sebagai suplementasi antistress untuk ternak. HALOR C merupakan vitamin C kristal dengan proses pelapisan (coated) yang telah mencapai pelapisan yang sempurna, resistensi pasca pemrosesan yang ideal dan bioavailibilitas yang sangat baik, dan menunjukkan keunggulan yang signifikan dibandingkan vitamin C biasa. Teknologi ‘coated’ atau penkapsulan yang digunakan menjadikan ≥90% kandungan vitamin C didalamnya terlindungi, sehingga tidak rusak/ berkurang saat sebelum masuk ke system pencernaan ternak.

Penggunaan HALOR C terbaik adalah dengan cara mencampurkannya ke dalam pakan. Selama hewan ternak mengalami stress, gunakan 200g/ ton pakan untuk mendapat hasil yang maksimal. Namun demikian, dalam penggunaan harian sebagai upaya preventif dapat menggunakan dosis 50g/ ton pakan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bisa menjadi solusi yang tepat untuk peternakan Bapak kedepannya. Untuk informasi yang lebih lanjut, jangan pernah ragu untuk menghubungi Tim Fenanza di lapangan.

Share Artikel Ini
Artikel Event Lainnya

Pertanyaan:

Selamat pagi pak, Saya Irvan dari Bandung, saat ini saya memiliki peternakan ayam petelur (layer) menggunakan pakan campuran sendiri (self-mixing). Sudah selama beberapa hari ini saya mengamati ayam-ayam saya ‘terengah-engah’ dan akibatnya terjadinya penurunan produksi telur dan terjadi deplesi pada beberapa ekor. Saya sudah cari informasi dari komunitas dan kenalan orang Technical, mereka rata-rata merekomendasikan untuk memberikan antistress/ vitamin C, namun setelah saya coba, hasilnya kurang maksimal karena produksi masih tetap turun dan kadang telur ada yang tipis. Mohon solusinya dari Fenanza untuk mengatasi masalah tersebut, terimakasih. Salam

  

Terimakasih Pak Irvan atas pertanyaan yang diberikan kepada Fenanza. Kami mengapresiasi pertanyaan yang telah bapak berikan kepada tim Fenanza. Berkaitan dengan permasalahan yang Bpk alami, kondisi yang dimaksud merupakan salah satu gejala cekaman panas (heat stress) pada ternak. Cekaman panas merupakan kondisi dimana ayam mengalami stress yang diakibatkan oleh panas tubuh melebihi batas maksimumnya (41-42 oC). Hal itu terjadi karena adanya respons biologis ayam terhadap perubahan suhu pada tubuhnya, ayam berusaha membuang panas melalui proses panting (terengah-engah) karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, sehingga proses pembuangan panas dilakukan melalui paruhnya. Namun, tingkah laku panting hanya satu dari berbagai cara pembuangan panas, karena ayam juga bisa kehilangan panas melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi. Respons tersebut akibat ayam petelur merupakan hewan berdarah panas (homoiterm) yang mana harus menyesuaikan dengan suhu lingkungan sekitarnya.

Penyebab adanya heat stress dibagi menjadi dua, yaitu faktor lingkungan yang sering disebabkan oleh suhu, kelembapan dan geografis. Ketika suhu cenderung tinggi, secara otomatis mempengaruhi hormon kortikosteron, glukortikoid, kortisol dan adrenalin yang mengakibatkan tingginya suhu tubuh. Sementara faktor yg disebabkan oleh manusia terjadi karena kepadatan kandang, proses transportasi, hingga saat proses penanganan ternak. Faktor lingkungan, terutama suhu tinggi menjadi penyebab heat stress yg paling umum terjadi dikalangan peternak ayam, baik pedaging maupun petelur.  

Fakta di lapangan, heat stress sangat umum terjadi di Indonesia, mengingat kondisi geografis & iklim tropis yang mengakibatkan suhu relative lebih tinggi. Namun sayangnya beberapa peternak belum menaruh perhatian lebih terhadap kasus seperti ini, Beberapa penelitian melaporkan bahwa heat stress mengakibatkan: 1). Penurunan konsumsi pakan hingga 16,4%, bobot badan 32,6%, dan meningkatkan FCR hingga 25,6% sehingga berdampak langsung terhadap performa produksi, 2). Konsumsi air minum tinggi yg mengakibatkan feses cenderung encer & cenderung basah, 3). Penurununan limfosit (sel darah putih) yg mengakibatkan turunnya imunitas, ayam mudah sakit, antibody lemah, hingga kematian, 4. Penurunan kecernaan pakan dan plasma protein yg berdampak pada kualitas telur yg buruk, seperti kerabang tipis & telur kecil-kecil.

Penanggulangan heat stress dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya memperbaiki kondisi kandang, melakukan penjarangan, dan pemberian suplementasi antistress. Dalam kondisi darurat, pemberian suplementasi antistress seperti vitamin C (asam askorbat) sangat dianjurkan karena memiliki peran ganda sekaligus, karena dapat mencegah dan menanggulangi heat stress. Dalam kondisi stress, ternak memproduksi radikal bebas yang tinggi, sehingga peran vitamin C dibutuhkan sebagai antioksidan dan fotoprotektan.

Berkaitan dengan pertanyaan Bapak, yang sebelumnya telah memberikan suplementasi antistress namun hasilnya belum maksimal. Hal itu bisa terjadi karena kualitas produk yang digunakan. Kami merekomendasikan menggunakan HALOR C sebagai suplementasi antistress untuk ternak. HALOR C merupakan vitamin C kristal dengan proses pelapisan (coated) yang telah mencapai pelapisan yang sempurna, resistensi pasca pemrosesan yang ideal dan bioavailibilitas yang sangat baik, dan menunjukkan keunggulan yang signifikan dibandingkan vitamin C biasa. Teknologi ‘coated’ atau penkapsulan yang digunakan menjadikan ≥90% kandungan vitamin C didalamnya terlindungi, sehingga tidak rusak/ berkurang saat sebelum masuk ke system pencernaan ternak.

Penggunaan HALOR C terbaik adalah dengan cara mencampurkannya ke dalam pakan. Selama hewan ternak mengalami stress, gunakan 200g/ ton pakan untuk mendapat hasil yang maksimal. Namun demikian, dalam penggunaan harian sebagai upaya preventif dapat menggunakan dosis 50g/ ton pakan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bisa menjadi solusi yang tepat untuk peternakan Bapak kedepannya. Untuk informasi yang lebih lanjut, jangan pernah ragu untuk menghubungi Tim Fenanza di lapangan.

Share Artikel Ini
Artikel Event Lainnya
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!