(021) 83787990

contact@fenanza.id

Pengelolaan pakan meningkatkan keuntungan dalam budidaya intensif udang vaname

Overfeeding dapat mengakibatkan perubahan kualitas air dan patogen

Sekitar 60 persen biaya operasional  budidaya udang berasal dari pakan yang digunakan. Manajemen pakan menghadapi beberapa tantangan besar. Pakan udang tenggelam ke dasar tambak, dan kecukupan pakan tidak dapat dipantau secara visual seperti pakan ikan yang mengapung (floating). Kebutuhan pakan berubah setiap hari karena kondisi cuaca dan fluktuasi kualitas air.

Karena kepadatan yang tinggi dalam volume air yang kecil, pemberian makan yang berlebihan dapat dengan cepat membebani ekosistem tambak, mengakibatkan perubahan kualitas air dan mekarnya mikrobiota oportunistik, beberapa di antaranya dapat bersifat patogen.  Pemahaman yang lebih baik tentang manajemen pemberian makan udang dapat menghindari masalah ini dan dapat meningkatkan keuntungan.

Kualitas pakan

Tidak semua pakan dibuat sama. Beberapa pakan memiliki daya cerna yang lebih baik, profil asam amino dan profil asam lemak, serta mengandung stimulan imun yang cukup. Memilih pakan berkualitas baik secara konsisten akan menghasilkan rata-rata pertumbuhan harian, kelangsungan hidup dan konversi pakan yang lebih baik, dan dengan demikianakan menghasilkan  keuntungan yang lebih baik.

Pemrograman pakan berbasis anco

Panduan pemberian makan yang dikembangkan oleh pabrik pakan atau petambak perorangan didasarkan pada banyak trial dan error. Pada 25 hingga 30 hari pertama setelah penebaran benur,  program pemberian pakan disebut blind feeding. Volume pakan harian yang diberikan pada benur memang sengaja diprogramkan secara berlebihan. Sebagian besar pakan sebenarnya menyuburkan air tambak dan masuk ke jaring makanan di ekosistem tambak untuk berakhir terutama di udang.

Selama tahap awal ini, benur lebih menyukai pakan alami. Tidak sampai 22 – 25 hari setelah penebaran udang  juvenil mulai memakan pakan komersial. Benur dengan kualitas lebih baik tumbuh lebih cepat dan mulai mengonsumsi pakan komersial lebih awal.

Beberapa minggu setelah penebaran, anco pakan harus digunakan untuk memantau apakah jumlah pakan sudah tepat. Tindakan ini sangat penting dalam budidaya udang intensif, karena kualitas air dapat berubah secara tiba-tiba, dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan inputan pakan. Melalui pemantauan anco pakan yang cermat, pembudidaya dapat mendeteksi penurunan pemberian pakan dan menyesuaikan jumlah pakan, sehingga meningkatkan kesehatan udang.

Penghalang air selebar 90 cm dengan tinggi 120 cm yang ditempatkan 15 hingga 30 cm di bagian atas anco pakan dapat memastikan bahwa tidak ada pakan yang tersapu oleh arus kuat dari aerator.

Kualitas air

“Untuk membudidayakan udang, pertama-tama harus membudidayakan air” adalah pepatah banyak petambak udang. Karena udang dipelihara di ruang tertentu dengan volume air tertentu/kecil untuk memaksimalkan keuntungan, ekskresi (feses) udang, pakan yang tidak dimakan, dan segudang mikroba oportunistik yang tumbuh di dalamnya memberikan tekanan yang luar biasa pada ekosistem tambak. Masukan apapun ke sistem dapat sangat memengaruhi kualitas air dalam volume kecil air tambak, karena tambak adalah “dapur” dan juga “toilet” udang.  Pembudidaya udang harus selalu mengambil pendekatan holistik (menyeluruh) dalam mengelola tambak,  terutama menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.

Dua parameter utama yang sangat mempengaruhi kesehatan udang adalah kadar amonia dan hidrogen sulfida. Kehadiran amonia dan hidrogen sulfida dengan cepat meningkat jika terjadi overfeeding.  Amonia, produk sampingan dari degradasi protein, menjadi berbahaya pada pH lebih tinggi dari 8,5. Pakan yang tidak termakan, kotoran udang dan mikrobiota yang mati menjadi hidrogen sulfida di area anaerob dasar tambak. Hidrogen sulfida menjadi beracun pada pH 6,5 dan suhu tinggi.

Di tambak udang intensif dengan sedikit pertukaran air atau salinitas rendah, mineral seperti magnesium, potasium dan kalsium dapat menjadi kurang karena penyerapan langsung oleh udang dari air. Ini harus dipantau secara berkala untuk memastikan tingkat optimal.

Kualitas dasar kolam, pembuangan lumpur (Bottom quality, sludge removal)

Jika pakan dan kualitas air tidak dikelola dengan baik, kotoran udang yang tenggelam, pakan yang tidak termakan dan mikroba yang mati akan terakumulasi di area genangan air dan menjadi lumpur. Bakteri patogen tumbuh subur pada lumpur yang kaya nutrisi. Ketika pakan udang lebih lanjut tenggelam ke area ini, dan terkontaminasi oleh bakteri patogen dan, jika dimakan oleh udang, dapat menyebabkan infeksi/penyakit.

Dasar tambak harus dipantau secara berkala oleh pembudidaya, terutama dalam sistem semi-intensif di mana jumlah aerator yang digunakan sedikit. Area lumpur dapat ditandai dengan tiang agar tidak menerima pakan. Dalam sistem intensif, aerator biasanya menyapu lumpur ke area stagnan, di mana lumpur dapat dibuang secara berkala. Beberapa petambak bahkan menyedot lumpur secara berkala.

Auto-Feeder

Penggunaan pertama auto-feeder dalam memberi makan udang adalah cara – cara yang sifatnya revolusioner.  Dulu, ada anggapan bahwa pakan harus disebar secara merata dalam satu tambak agar semua udang bisa makan secara maksimal. Namun dengan auto-feeder, udang belajar untuk datang ke feeder saat mereka lapar.

Pengumpan otomatis (auto feeder) menyebarkan pakan dalam jumlah kecil secara berkala dalam beberapa menit.  Sebagian besar pakan ditangkap oleh udang sebelum tenggelam ke dasar tambak.  Pakan tidak sempat kehilangan nutrisinya diambil oleh bakteri patogen dari dasar tambak.

Dengan  menggunakan auto-feeder, yang menyebarkan pakan hanya seluas 300 m2 di kolam seluas 8.000 m2. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan konversi pakan yang dicapai lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional dengan menyebarkan pakan secara manual ke seluruh tambak.

Puasa (Fasting)

Puasa atau pemberian pakan terputus adalah praktik yang berguna yang tidak hanya memungkinkan udang vaname (Litopenaeus vannamei)  menjadi ‘pemulung’ untuk membersihkan bahan organik yang tersisa di dasar tambak, tetapi juga memungkinkan mikrobiota untuk mengejar ketinggalan dalam mengonsumsi nutrisi yang kaya di dalam air. Kedua tindakan tersebut menghasilkan dasar tambak yang lebih bersih dan kualitas air yang lebih baik.  Merupakan praktik yang baik untuk melakukan puasa mingguan sesekali selama setengah hari hingga satu hari saat udang berusia lebih dari 70 hari.

Menerapkan porsi pakan yang dikurangi setelah matahari terbenam adalah praktik lain yang baik, karena sebagian besar kolam mengalami konsentrasi oksigen terlarut yang rendah tanpa adanya fotosintesis. Yang terbaik adalah berhenti memberi makan selama setengah hari atau lebih jika suhu air jauh di bawah 26 derajat C, dan pakan di anco tidak habis dikonsumsi.

Teknologi bioflok

Teknologi bioflok berkembang menjadi aspek akuakultur yang semakin penting. Dalam sistem bioflok, aerasi yang kuat menjaga bahan organik dalam suspensi abadi. Sejumlah besar mikrobiota “membonceng” bahan organik, mendaur ulang nutrisi kaya yang tersedia di air.

Apa yang terbuang percuma dalam akuakultur konvensional menjadi pakan alami bagi spesies budidaya, menghemat biaya pakan secara signifikan bagi pembudidaya. Namun, hanya feeder filter seperti L. vannamei dan tilapia yang dapat memanfaatkan pakan alami dalam sistem bioflok.

Daya dukung tambak

Kolam yang berbeda memiliki daya dukung yang berbeda pula. Misalnya, tambak baru yang bersih dapat menghasilkan 1.000 kg udang/hp aerasi.  Namun, kolam dengan dasar tua dan kotor hanya dapat menghasilkan aerasi 400 kg udang/hp.

Daya dukung ditentukan oleh faktor-faktor seperti tingkat teknologi yang diterapkan pada suatu fasilitas,  metode konstruksi kolam (misalnya kolam tanah, kolam berlapis plastik (mulsa/hdpe atau kolam beton) dan jumlah aerasi yang tersedia. Produktivitas tambak dapat berkisar 10-50 Ton udang/ha.

Ketika daya dukung tambak  tidak tercapai, masalah seperti kadar oksigen terlarut yang rendah,  pertumbuhan yang lambat, penyakit dan kematian dapat muncul. Pada saat-saat ini, yang terbaik adalah memanen sebagian (parsial) atau seluruhnya kolam untuk memastikan dana segar untuk biaya produksi (cost production).

Suhu

Udang putih vanname adalah pengumpan agresif yang makan lebih banyak pada suhu yang lebih tinggi. Dalam penelitian, Dr. Chalor Limsuwan dari Universitas Kasetsart di Thailand menunjukkan bahwa udang makan lebih banyak pada suhu 32 dibandingkan pada suhu 30 derajat Celcius. Namun, pertumbuhan udang pada kedua suhu tersebut sama, sehingga untuk menghemat pakan dan uang, sebaiknya pembudidaya tidak memberi makan secara berlebihan pada suhu di atas 30 derajat-C

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya

Overfeeding dapat mengakibatkan perubahan kualitas air dan patogen

Sekitar 60 persen biaya operasional  budidaya udang berasal dari pakan yang digunakan. Manajemen pakan menghadapi beberapa tantangan besar. Pakan udang tenggelam ke dasar tambak, dan kecukupan pakan tidak dapat dipantau secara visual seperti pakan ikan yang mengapung (floating). Kebutuhan pakan berubah setiap hari karena kondisi cuaca dan fluktuasi kualitas air.

Karena kepadatan yang tinggi dalam volume air yang kecil, pemberian makan yang berlebihan dapat dengan cepat membebani ekosistem tambak, mengakibatkan perubahan kualitas air dan mekarnya mikrobiota oportunistik, beberapa di antaranya dapat bersifat patogen.  Pemahaman yang lebih baik tentang manajemen pemberian makan udang dapat menghindari masalah ini dan dapat meningkatkan keuntungan.

Kualitas pakan

Tidak semua pakan dibuat sama. Beberapa pakan memiliki daya cerna yang lebih baik, profil asam amino dan profil asam lemak, serta mengandung stimulan imun yang cukup. Memilih pakan berkualitas baik secara konsisten akan menghasilkan rata-rata pertumbuhan harian, kelangsungan hidup dan konversi pakan yang lebih baik, dan dengan demikianakan menghasilkan  keuntungan yang lebih baik.

Pemrograman pakan berbasis anco

Panduan pemberian makan yang dikembangkan oleh pabrik pakan atau petambak perorangan didasarkan pada banyak trial dan error. Pada 25 hingga 30 hari pertama setelah penebaran benur,  program pemberian pakan disebut blind feeding. Volume pakan harian yang diberikan pada benur memang sengaja diprogramkan secara berlebihan. Sebagian besar pakan sebenarnya menyuburkan air tambak dan masuk ke jaring makanan di ekosistem tambak untuk berakhir terutama di udang.

Selama tahap awal ini, benur lebih menyukai pakan alami. Tidak sampai 22 – 25 hari setelah penebaran udang  juvenil mulai memakan pakan komersial. Benur dengan kualitas lebih baik tumbuh lebih cepat dan mulai mengonsumsi pakan komersial lebih awal.

Beberapa minggu setelah penebaran, anco pakan harus digunakan untuk memantau apakah jumlah pakan sudah tepat. Tindakan ini sangat penting dalam budidaya udang intensif, karena kualitas air dapat berubah secara tiba-tiba, dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan inputan pakan. Melalui pemantauan anco pakan yang cermat, pembudidaya dapat mendeteksi penurunan pemberian pakan dan menyesuaikan jumlah pakan, sehingga meningkatkan kesehatan udang.

Penghalang air selebar 90 cm dengan tinggi 120 cm yang ditempatkan 15 hingga 30 cm di bagian atas anco pakan dapat memastikan bahwa tidak ada pakan yang tersapu oleh arus kuat dari aerator.

Kualitas air

“Untuk membudidayakan udang, pertama-tama harus membudidayakan air” adalah pepatah banyak petambak udang. Karena udang dipelihara di ruang tertentu dengan volume air tertentu/kecil untuk memaksimalkan keuntungan, ekskresi (feses) udang, pakan yang tidak dimakan, dan segudang mikroba oportunistik yang tumbuh di dalamnya memberikan tekanan yang luar biasa pada ekosistem tambak. Masukan apapun ke sistem dapat sangat memengaruhi kualitas air dalam volume kecil air tambak, karena tambak adalah “dapur” dan juga “toilet” udang.  Pembudidaya udang harus selalu mengambil pendekatan holistik (menyeluruh) dalam mengelola tambak,  terutama menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.

Dua parameter utama yang sangat mempengaruhi kesehatan udang adalah kadar amonia dan hidrogen sulfida. Kehadiran amonia dan hidrogen sulfida dengan cepat meningkat jika terjadi overfeeding.  Amonia, produk sampingan dari degradasi protein, menjadi berbahaya pada pH lebih tinggi dari 8,5. Pakan yang tidak termakan, kotoran udang dan mikrobiota yang mati menjadi hidrogen sulfida di area anaerob dasar tambak. Hidrogen sulfida menjadi beracun pada pH 6,5 dan suhu tinggi.

Di tambak udang intensif dengan sedikit pertukaran air atau salinitas rendah, mineral seperti magnesium, potasium dan kalsium dapat menjadi kurang karena penyerapan langsung oleh udang dari air. Ini harus dipantau secara berkala untuk memastikan tingkat optimal.

Kualitas dasar kolam, pembuangan lumpur (Bottom quality, sludge removal)

Jika pakan dan kualitas air tidak dikelola dengan baik, kotoran udang yang tenggelam, pakan yang tidak termakan dan mikroba yang mati akan terakumulasi di area genangan air dan menjadi lumpur. Bakteri patogen tumbuh subur pada lumpur yang kaya nutrisi. Ketika pakan udang lebih lanjut tenggelam ke area ini, dan terkontaminasi oleh bakteri patogen dan, jika dimakan oleh udang, dapat menyebabkan infeksi/penyakit.

Dasar tambak harus dipantau secara berkala oleh pembudidaya, terutama dalam sistem semi-intensif di mana jumlah aerator yang digunakan sedikit. Area lumpur dapat ditandai dengan tiang agar tidak menerima pakan. Dalam sistem intensif, aerator biasanya menyapu lumpur ke area stagnan, di mana lumpur dapat dibuang secara berkala. Beberapa petambak bahkan menyedot lumpur secara berkala.

Auto-Feeder

Penggunaan pertama auto-feeder dalam memberi makan udang adalah cara – cara yang sifatnya revolusioner.  Dulu, ada anggapan bahwa pakan harus disebar secara merata dalam satu tambak agar semua udang bisa makan secara maksimal. Namun dengan auto-feeder, udang belajar untuk datang ke feeder saat mereka lapar.

Pengumpan otomatis (auto feeder) menyebarkan pakan dalam jumlah kecil secara berkala dalam beberapa menit.  Sebagian besar pakan ditangkap oleh udang sebelum tenggelam ke dasar tambak.  Pakan tidak sempat kehilangan nutrisinya diambil oleh bakteri patogen dari dasar tambak.

Dengan  menggunakan auto-feeder, yang menyebarkan pakan hanya seluas 300 m2 di kolam seluas 8.000 m2. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan konversi pakan yang dicapai lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional dengan menyebarkan pakan secara manual ke seluruh tambak.

Puasa (Fasting)

Puasa atau pemberian pakan terputus adalah praktik yang berguna yang tidak hanya memungkinkan udang vaname (Litopenaeus vannamei)  menjadi ‘pemulung’ untuk membersihkan bahan organik yang tersisa di dasar tambak, tetapi juga memungkinkan mikrobiota untuk mengejar ketinggalan dalam mengonsumsi nutrisi yang kaya di dalam air. Kedua tindakan tersebut menghasilkan dasar tambak yang lebih bersih dan kualitas air yang lebih baik.  Merupakan praktik yang baik untuk melakukan puasa mingguan sesekali selama setengah hari hingga satu hari saat udang berusia lebih dari 70 hari.

Menerapkan porsi pakan yang dikurangi setelah matahari terbenam adalah praktik lain yang baik, karena sebagian besar kolam mengalami konsentrasi oksigen terlarut yang rendah tanpa adanya fotosintesis. Yang terbaik adalah berhenti memberi makan selama setengah hari atau lebih jika suhu air jauh di bawah 26 derajat C, dan pakan di anco tidak habis dikonsumsi.

Teknologi bioflok

Teknologi bioflok berkembang menjadi aspek akuakultur yang semakin penting. Dalam sistem bioflok, aerasi yang kuat menjaga bahan organik dalam suspensi abadi. Sejumlah besar mikrobiota “membonceng” bahan organik, mendaur ulang nutrisi kaya yang tersedia di air.

Apa yang terbuang percuma dalam akuakultur konvensional menjadi pakan alami bagi spesies budidaya, menghemat biaya pakan secara signifikan bagi pembudidaya. Namun, hanya feeder filter seperti L. vannamei dan tilapia yang dapat memanfaatkan pakan alami dalam sistem bioflok.

Daya dukung tambak

Kolam yang berbeda memiliki daya dukung yang berbeda pula. Misalnya, tambak baru yang bersih dapat menghasilkan 1.000 kg udang/hp aerasi.  Namun, kolam dengan dasar tua dan kotor hanya dapat menghasilkan aerasi 400 kg udang/hp.

Daya dukung ditentukan oleh faktor-faktor seperti tingkat teknologi yang diterapkan pada suatu fasilitas,  metode konstruksi kolam (misalnya kolam tanah, kolam berlapis plastik (mulsa/hdpe atau kolam beton) dan jumlah aerasi yang tersedia. Produktivitas tambak dapat berkisar 10-50 Ton udang/ha.

Ketika daya dukung tambak  tidak tercapai, masalah seperti kadar oksigen terlarut yang rendah,  pertumbuhan yang lambat, penyakit dan kematian dapat muncul. Pada saat-saat ini, yang terbaik adalah memanen sebagian (parsial) atau seluruhnya kolam untuk memastikan dana segar untuk biaya produksi (cost production).

Suhu

Udang putih vanname adalah pengumpan agresif yang makan lebih banyak pada suhu yang lebih tinggi. Dalam penelitian, Dr. Chalor Limsuwan dari Universitas Kasetsart di Thailand menunjukkan bahwa udang makan lebih banyak pada suhu 32 dibandingkan pada suhu 30 derajat Celcius. Namun, pertumbuhan udang pada kedua suhu tersebut sama, sehingga untuk menghemat pakan dan uang, sebaiknya pembudidaya tidak memberi makan secara berlebihan pada suhu di atas 30 derajat-C

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!