(021) 83787990

contact@fenanza.id

Menstabilkan pH Air Tambak Udang

Kualitas air tambak yang optimal akan memberi ruang hidup sehingga udang dapat hidup layak dan akan tumbuh maksimal.  Apabila lingkungan dapat menyediakan kualitas air yang layak sesuai dengan kebutuhan udang maka sintasan menjadi tinggi dan pertumbuhan udang menjadi optimal sehingga target produksi tercapai sesuai harapan.

Manajemen kualitas air menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya udang, terutama di musim hujan. Saat musim hujan, udang lebih rentan terhadap penyakit sehingga kondisi air dalam tambak budidaya harus benar-benar diperhatikan. Manajemen kualitas air adalah salah satunya menjaga kestabilan pH air tambak.  

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Kadar keasaman atau pH merupakan salah satu parameter penting yang wajib dijaga kestabilannya. Kadar pH yang tidak stabil membuat komoditi perairan seperti udang tidak dapat hidup dengan normal. Perlunya menjaga stabilitas pH di kisaran aman agar tidak berpengaruh pada metabolisme dan kondisi fisiologis udang.  Kisaran yang disarankan nilai pH adalah 7.8 – 8.5.

Fluktuasi pH pada siang hari seharusnya tidah lebih dari 0.5. Perubahan pH yang drastis dalam waktu singkat dapat menyebabkan udang stres, sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan dan melemahnya sistem imun, kemudian udang menjadi rentan penyakit. Dalam jangka panjang, pH air yang tidak optimal akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal dan menyebabkan kematian, menghasilkan nilai SR rendah dan FCR membengkak.

Contohnya, jika pH kurang dari 6.0 menandakan kadar kalsium yang rendah dalam air, menyebabkan soft-shell syndrome. Dalam budidaya, pH yang tinggi (8.5 >) juga bersifat tidak optimal menyebabkan stres dan hilangnya nafsu makan. Dan jika pH tinggi, dapat meningkatkan kadar ammonia terlarut dalam air, sehingga dapat mencapai kadar berbahaya untuk udang.

Fluktuasi pH tinggi dapat diatasi dengan menaikkan nilai alkalinitas (meningkatkan kemampuan buffer air).  Menjaga populasi komunitas bakteri dan fitoplankton juga menjadi salah satu cara mencegah fluktuasi pH tidak terlalu signifikan.

pH tambak dan alkalinitas

Dalam tambak, kondisi pH dipengaruhi oleh beberapa hal. Yakni yang pertama adalah tanah, seperti air, memiliki tingkat keasaman yang disebabkan oleh senyawa kimia dan organik yang terkandung di dalamnya. Pada kolam yang berlandaskan tanah, tanah dapat melepaskan zat-zat kimia ke dalam kolom air. Materi organik dalam tanah dapat membusuk dan membentuk asam organik yang dapat  meresap ke dalam air, menurunkan pH air. Tanah berkapur dapat melepaskan zat kapur, yang menaikkan pH air.

Nilai pH air dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO2 menurun sehingga pH airnya meningkat. Sebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan CO2 hasil respirasi sehingga pH air menurun. Namun demikian air payau cukup ter-buffer dengan baik sehingga pH airnya jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau meningkat hingga mencapai nilai 9, sehingga efek buruk pada kultivan jarang terjadi.

Selain itu, pengaruh lainnya adalah mikroalga. Organisme ini adalah tumbuhan mikroskopis dalam air yang mendapatkan makanannya melalui proses fotosintesis, mengubah karbon dioksida menjadi gula menggunakan cahaya matahari. Dalam hal ini, alga menyerap karbon dioksida, mengurangi jumlah asam karbonat dalam air.

Selain itu, pembusukan bahan organic (TOM)  juga berpengaruh pada kondisi tambak udang. Bahan organik dalam tambak termasuk alga yang mati, sisa pakan dan kotoran udang jatuh ke dasar, menumpuk dan membusuk. Proses pembusukan ini dibantu oleh bakteri. Dalam kondisi kurang oksigen, pembusukan berlangsung secara anaerobik (tanpa oksigen), menghasilkan asam organik yang dapat larut dalam air.

Proses penguraian bahan organik menjadi garam mineral, seperti amonia, nitrat dan fosfat berguna bagi fitoplankton dan tumbuhan air. Proses ini, lebih cepat jika kisaran pH berada pada kisaran basa. Peningkatan pH dapat meningkatkan konsentrasi amonia, sedang pada pH rendah terjadi peningkatan konsentrasi H2S. Hal ini juga berarti meningkatkan daya racun dari amonia pada pH tinggi dan H2S pada pH rendah. Kondisi perairan dengan pH ekstrem juga dapat membuat udang tertekan, pelunakan karapaks, serta kelangsungan hidup rendah. Mortalitas tinggi pada udang terjadi pada pH perairan di bawah 6 sedangkan pada pH 3 dalam 20 jam terjadi kematian 100%.

Air hujan bersifat asam, dimana pH-nya sekitar 5. Dengan adanya hujan maka akan menurunkan pH dan total alkalinitas di tambak (biasanya total alkalinitas turun sampai 38 ppm). Dengan nilai total alkalinitas yang rendah maka buffer (daya sanggah) air terhadap fluktuasi pH air sangat rendah, sehingga terjadi goncangan pH dengan range pagi/sore > 0,6. (fluktuasi pH akibat dampak dari proses fotosintesa dari fitoplankton).

Efek lain dari penurunan total alkalinitas juga terjadi pergeseran dominansi fitoplankton di dalam petak budidaya. Dengan buffer air yang rendah dan range PH pagi / sore > 0,6 maka pH air besok paginya akan terjadi kenaikan sampai pH pagi 8,5 dan pH sore 9,1. Dengan angka pH tersebut akan sangat berbahaya bila muncul gas ammoniak  (NH3), karena ammoniak akan beracun pada pH tinggi.

Nilai pH yang tinggi biasanya terjadi karena input pakan yang tinggi.  Selain itu aktivitas fitoplankton dan forosintesis yang biasanya terjadi pada siang atau sore hari juga bisa merubah pH air.  Perlu diketahui bahwa pada malam hari pH akan kembali menurun akibat respirasi dan produksi oksigen oleh semua organisme termasuk fitoplankton di dalamnya.

Fluktuasi alkalinitas air juga bisa mempengaruhi naik turunnya nilai pH air tambak udang. Yang dimaksud alkalinitas adalah buffer atau penyangga pH yang berfungsi menjaga kualitas air dan oksigen untuk fotosintesis.

Kadar alkalinitas air mempengaruhi kondisi dalam tambak udang karena adanya proses biologi yang terjadi di dalam air dan karena adanya penambahan asam atau basa ke dalam kolam. Semakin tinggi alkalinitas di dalam air, maka pH akan semakin stabil.

Adapun kadar alkalinitas yang disarankan untuk tambak udang adalah antara 120-150 ppm setelah tebar benur dan 150-200 ppm setelah usia budidaya memasuki 45 hari dan 150-200 ppm saat benur berusia 90 hari setelah tebar.

Nilai alkalinitas dalam air diperoleh dari penjumlahan karbonat dan bikarbonat yang terkandung di dalam tambak udang. Bisa disimpulkan jika stabilitas pH air tambak udang diperlukan untuk meningkatkan hasil produksi. Salah satu caranya adalah dengan menjaga kestabilan nilai dengan proses alkalinitas. 

Demikian uraian mengenai upaya pencapaian kestabilan pH air tambak dan dampaknya pada udang  jika fluktuai pH terjadi sangat signifikan.  Terimakasih atas  perhatiannya.

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya

Kualitas air tambak yang optimal akan memberi ruang hidup sehingga udang dapat hidup layak dan akan tumbuh maksimal.  Apabila lingkungan dapat menyediakan kualitas air yang layak sesuai dengan kebutuhan udang maka sintasan menjadi tinggi dan pertumbuhan udang menjadi optimal sehingga target produksi tercapai sesuai harapan.

Manajemen kualitas air menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya udang, terutama di musim hujan. Saat musim hujan, udang lebih rentan terhadap penyakit sehingga kondisi air dalam tambak budidaya harus benar-benar diperhatikan. Manajemen kualitas air adalah salah satunya menjaga kestabilan pH air tambak.  

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Kadar keasaman atau pH merupakan salah satu parameter penting yang wajib dijaga kestabilannya. Kadar pH yang tidak stabil membuat komoditi perairan seperti udang tidak dapat hidup dengan normal. Perlunya menjaga stabilitas pH di kisaran aman agar tidak berpengaruh pada metabolisme dan kondisi fisiologis udang.  Kisaran yang disarankan nilai pH adalah 7.8 – 8.5.

Fluktuasi pH pada siang hari seharusnya tidah lebih dari 0.5. Perubahan pH yang drastis dalam waktu singkat dapat menyebabkan udang stres, sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan dan melemahnya sistem imun, kemudian udang menjadi rentan penyakit. Dalam jangka panjang, pH air yang tidak optimal akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal dan menyebabkan kematian, menghasilkan nilai SR rendah dan FCR membengkak.

Contohnya, jika pH kurang dari 6.0 menandakan kadar kalsium yang rendah dalam air, menyebabkan soft-shell syndrome. Dalam budidaya, pH yang tinggi (8.5 >) juga bersifat tidak optimal menyebabkan stres dan hilangnya nafsu makan. Dan jika pH tinggi, dapat meningkatkan kadar ammonia terlarut dalam air, sehingga dapat mencapai kadar berbahaya untuk udang.

Fluktuasi pH tinggi dapat diatasi dengan menaikkan nilai alkalinitas (meningkatkan kemampuan buffer air).  Menjaga populasi komunitas bakteri dan fitoplankton juga menjadi salah satu cara mencegah fluktuasi pH tidak terlalu signifikan.

pH tambak dan alkalinitas

Dalam tambak, kondisi pH dipengaruhi oleh beberapa hal. Yakni yang pertama adalah tanah, seperti air, memiliki tingkat keasaman yang disebabkan oleh senyawa kimia dan organik yang terkandung di dalamnya. Pada kolam yang berlandaskan tanah, tanah dapat melepaskan zat-zat kimia ke dalam kolom air. Materi organik dalam tanah dapat membusuk dan membentuk asam organik yang dapat  meresap ke dalam air, menurunkan pH air. Tanah berkapur dapat melepaskan zat kapur, yang menaikkan pH air.

Nilai pH air dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO2 menurun sehingga pH airnya meningkat. Sebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan CO2 hasil respirasi sehingga pH air menurun. Namun demikian air payau cukup ter-buffer dengan baik sehingga pH airnya jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau meningkat hingga mencapai nilai 9, sehingga efek buruk pada kultivan jarang terjadi.

Selain itu, pengaruh lainnya adalah mikroalga. Organisme ini adalah tumbuhan mikroskopis dalam air yang mendapatkan makanannya melalui proses fotosintesis, mengubah karbon dioksida menjadi gula menggunakan cahaya matahari. Dalam hal ini, alga menyerap karbon dioksida, mengurangi jumlah asam karbonat dalam air.

Selain itu, pembusukan bahan organic (TOM)  juga berpengaruh pada kondisi tambak udang. Bahan organik dalam tambak termasuk alga yang mati, sisa pakan dan kotoran udang jatuh ke dasar, menumpuk dan membusuk. Proses pembusukan ini dibantu oleh bakteri. Dalam kondisi kurang oksigen, pembusukan berlangsung secara anaerobik (tanpa oksigen), menghasilkan asam organik yang dapat larut dalam air.

Proses penguraian bahan organik menjadi garam mineral, seperti amonia, nitrat dan fosfat berguna bagi fitoplankton dan tumbuhan air. Proses ini, lebih cepat jika kisaran pH berada pada kisaran basa. Peningkatan pH dapat meningkatkan konsentrasi amonia, sedang pada pH rendah terjadi peningkatan konsentrasi H2S. Hal ini juga berarti meningkatkan daya racun dari amonia pada pH tinggi dan H2S pada pH rendah. Kondisi perairan dengan pH ekstrem juga dapat membuat udang tertekan, pelunakan karapaks, serta kelangsungan hidup rendah. Mortalitas tinggi pada udang terjadi pada pH perairan di bawah 6 sedangkan pada pH 3 dalam 20 jam terjadi kematian 100%.

Air hujan bersifat asam, dimana pH-nya sekitar 5. Dengan adanya hujan maka akan menurunkan pH dan total alkalinitas di tambak (biasanya total alkalinitas turun sampai 38 ppm). Dengan nilai total alkalinitas yang rendah maka buffer (daya sanggah) air terhadap fluktuasi pH air sangat rendah, sehingga terjadi goncangan pH dengan range pagi/sore > 0,6. (fluktuasi pH akibat dampak dari proses fotosintesa dari fitoplankton).

Efek lain dari penurunan total alkalinitas juga terjadi pergeseran dominansi fitoplankton di dalam petak budidaya. Dengan buffer air yang rendah dan range PH pagi / sore > 0,6 maka pH air besok paginya akan terjadi kenaikan sampai pH pagi 8,5 dan pH sore 9,1. Dengan angka pH tersebut akan sangat berbahaya bila muncul gas ammoniak  (NH3), karena ammoniak akan beracun pada pH tinggi.

Nilai pH yang tinggi biasanya terjadi karena input pakan yang tinggi.  Selain itu aktivitas fitoplankton dan forosintesis yang biasanya terjadi pada siang atau sore hari juga bisa merubah pH air.  Perlu diketahui bahwa pada malam hari pH akan kembali menurun akibat respirasi dan produksi oksigen oleh semua organisme termasuk fitoplankton di dalamnya.

Fluktuasi alkalinitas air juga bisa mempengaruhi naik turunnya nilai pH air tambak udang. Yang dimaksud alkalinitas adalah buffer atau penyangga pH yang berfungsi menjaga kualitas air dan oksigen untuk fotosintesis.

Kadar alkalinitas air mempengaruhi kondisi dalam tambak udang karena adanya proses biologi yang terjadi di dalam air dan karena adanya penambahan asam atau basa ke dalam kolam. Semakin tinggi alkalinitas di dalam air, maka pH akan semakin stabil.

Adapun kadar alkalinitas yang disarankan untuk tambak udang adalah antara 120-150 ppm setelah tebar benur dan 150-200 ppm setelah usia budidaya memasuki 45 hari dan 150-200 ppm saat benur berusia 90 hari setelah tebar.

Nilai alkalinitas dalam air diperoleh dari penjumlahan karbonat dan bikarbonat yang terkandung di dalam tambak udang. Bisa disimpulkan jika stabilitas pH air tambak udang diperlukan untuk meningkatkan hasil produksi. Salah satu caranya adalah dengan menjaga kestabilan nilai dengan proses alkalinitas. 

Demikian uraian mengenai upaya pencapaian kestabilan pH air tambak dan dampaknya pada udang  jika fluktuai pH terjadi sangat signifikan.  Terimakasih atas  perhatiannya.

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!