(021) 83787990

contact@fenanza.id

Meningkatkan Sistim Imun Udang Menggunakan Imunostimulan

Salah satu pendekatan paling populer yang diadopsi oleh petambak udang untuk mencegah penyakit adalah penggunaan senyawa yang dipasarkan secara beragam sebagai imunostimulan, imunopotensiator, atau suplemen makanan yang meningkatkan kesehatan. Produk-produk yang tersedia secara komersial ini mengklaim dapat meningkatkan mekanisme pertahanan bawaan udang dengan berbagai cara dan memiliki efek spektrum luas namun tidak memiliki efek langsung terhadap patogen.

 

Produk yang paling umum dalam kategori ini berasal dari mikroorganisme yang mencakup glukan yang berasal dari alga atau ragi, lipopolisakarida, sel bakteri yang dimatikan, dan peptidoglikan. Nilai yang dirasakan dalam budidaya perikanan didasarkan pada sejumlah percobaan yang dimaksudkan untuk menunjukkan efek “stimulasi” pada berbagai parameter kekebalan tubuh.

 

Respon imun udang

Hemosit yang bersirkulasi pada udang memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam penyerapan langsung dan pembunuhan agen infeksi, tetapi juga dalam sintesis dan sekresi sejumlah molekul. Pada dasarnya, hemosit melakukan reaksi inflamasi seperti fagositosis, penggumpalan hemosit, produksi metabolit oksigen reaktif, dan pelepasan protein mikrobisida.

 

Dalam kondisi yang tidak menantang, sebagian besar faktor imunoreaktif disimpan dalam hemosit, biasanya dalam keadaan tidak aktif. Pelepasan dan aktivasinya terjadi melalui eksositosis yang diatur setelah stimulasi dengan adanya molekul non-self dalam hemolimfa.

 

Sistem imun merupakan hasil kerjasama antara sel, molekul-molekul, dan jaringan yang memiliki peran dalam melawan bakteri penyebab infeksi. Sistem imunitas pada udang tidak mempunyai imunoglobulin untuk kekebalan tubuhnya. Udang hanya mempunyai sistem kekebalan alami yang bersifat nonspesifik. Daya tahan alami ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan sehingga terdapat tingkatan yang berbeda-beda.

 

Efek imunostimulan

Imunostimulan diketahui menginduksi reaksi in vivo seperti perubahan jumlah hemosit, induksi reaksi enkapsulasi, atau profenoloksidase dan melanisasi. Efek in vitro telah dikaitkan dengan aktivasi molekul seperti fenoloksidase, peroksinektin, dan oksigen reaktif.

 

Beberapa pendukung imunostimulan berpendapat bahwa jika pengobatan dengan molekul-molekul ini menyebabkan pelepasan molekul pertahanan ke dalam sirkulasi, maka molekul-molekul ini akan segera tersedia untuk melawan patogen apa pun yang mungkin masuk ke dalam sistem.

 

Risiko serangan penyakit pada udang dapat dikurangi dengan penggunaan imunostimulan. Imunostimulan merupakan suatu zat yang dapat meningatkan respon imun non spesifik udang sehingga dapat tercipta kekebalan tubuh terhadap infeksi suatu patogen.  Peningkatan respon imun ini dimaksudkan agar udang mampu bertahan dari serangan virus atau bakteri yang dapat mengancam kegagalan panen. Hal ini karena imunitas adalah ketahanan atau resistensi terhadap penyakit, terutama pada infeksi yang paling utama bagi setiap makhluk hidup.

 

Tujuan pemberian imunostimulan adalah memperkuat sistem imun udang untuk menekan kematian dan menghindari terjadinya kegagalan panen akibat serangan wabah penyakit. Berikut beberapa sumber imunostimulan untuk memperkuat sistem imun udang dan cara pengaplikasiannya:

 

Imunostimulan yang Bersumber dari Probiotik (Memanfaatkan Lactobacillus sp).

Penggunaan bakteri probiotik dapat dilakukan dengan mencampurkannya ke dalam pakan atau menuangkannya pada air di dalam wadah pemeliharaan udang. Lactobacillus sp. adalah salah satu probiotik udang yang bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan meningkatkan kelangsungan hidup udang. Bakteri probiotik merupakan mikroba hidup yang dapat meningkatkan pemanfaatan nutrisi pakan, meningkatkan sistem imun, dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup inang. Sebagai bakteri probiotik, Lactobacillus sp. juga bisa menekan populasi bakteri Vibrio sp. yang bisa membahayakan udang. Berdasarkan hasil penelitian oleh beberapa institusi, pemberian bakteri Lactobacillus sp. pada udang terbukti mampu meningkatkan imun pada udang. Jika imun udang sudah kuat, kekebalan tubuhnya pun akan meningkat.

 

Lactobacillus sp. merupakan bakteri penghasil asam laktat yang memproduksi antimikroba berupa bakteriosin. Bakteriosin ini yang nantinya digunakan untuk menghambat pertumbuhan patogen dan meningkatkan imunitas udang.

 

Teknik pengaplikasian Lactobacillus sp. yang merupakan probiotik ini bisa dilakukan pada saat persiapan lahan dan setelah penebaran benur. Perlu diingat, untuk menghasilkan efektivitas yang tinggi, pemberian Lactobacillus sp. perlu dilakukan secara rutin dan teratur.

 

Imunostimulan yang Bersumber dari Alga

Mikroalga dan makroalga diantaranya spirulina, merupakan sumber beberapa molekul bioaktif yang diketahui dapat meningkatkan sistem imun non spesifik. Produk berbasis ekstrak alga sudah banyak ditemukan di pasaran, dan pemanfaatannya dalam budidaya udang terbukti ampuh dalam meningkatkan resistensi terhadap infeksi berbagai jenis patogen, di antaranya Vibrio alginolyticus, dan WSSV. Pemanfaatan bahan bioaktif yang bersumber dari alga dapat dicampurkan melalui pakan untuk meningkatkan respon imun seluler dan humoral pada udang selama masa pemeliharaan berlangsung.

 

Imunostimulan Bersumber dari Yeast (Ragi)

Ragi umumnya dikenal sebagai bahan dasar dalam pembuatan roti atau bir. Sel ragi mengandung sejumlah nutrien yang dibutuhkan ikan maupun udang, yaitu protein, lipid, vitamin and mineral. Ragi ternyata juga bisa digunakan sebagai feed additive ke dalam pakan udang karena memiliki kandungan β-glukan. Senyawa β-glukan pada sel ragi telah dibuktikan melalui berbagai riset dapat meningkatkan aktivitas enzim phenol oxidase dan serangkaian respon imun udang dalam melawan infeksi bakteri patogen seperti Vibrio harveyi

 

Imunostimulan yang Bersumber dari Feed Additive

Pakan udang dapat diperkaya kandungannya dengan ditambah berbagai macam feed additive sesuai kebutuhan. Penambahan feed additive, seperti acidifier yaitu sodium butirat dapat meningkatkan sistim pertahanan di usus dan hepato udang, vitamin A, C, dan E, dengan dosis yang tepat dapat memperkuat daya tahan tubuh udang terhadap penyakit. Senyawa karotenoid seperti Astaxanthin maupun Cantaxanthine juga menjadi salah satu jenis feed additive komersial yang dapat mengurangi tingkat stres terhadap perubahan lingkungan, dan sebagai antioksidan sebelum atau setelah terserang penyakit.

 

Beberapa imunostimulan telah terbukti efektif sebagai imunomodulator bagi udang yang dibudidayakan. Penggunaan imunostimulan berbasis sumber daya hayati dapat mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan. Ini tentunya lebih aman diterapkan dalam budidaya udang untuk menjamin keamanan produk dan keberlanjutan kegiatan produksi. 

 

Selain penggunaan imunostimulan, keberhasilan dan keberlanjutan budidaya udang juga tidak terlepas dari manajemen pakan, kualitas air, dan pengelolaan air limbah yang sesuai dengan panduan Cara Budidaya Ikan yang Baik untuk komoditas udang

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya

Salah satu pendekatan paling populer yang diadopsi oleh petambak udang untuk mencegah penyakit adalah penggunaan senyawa yang dipasarkan secara beragam sebagai imunostimulan, imunopotensiator, atau suplemen makanan yang meningkatkan kesehatan. Produk-produk yang tersedia secara komersial ini mengklaim dapat meningkatkan mekanisme pertahanan bawaan udang dengan berbagai cara dan memiliki efek spektrum luas namun tidak memiliki efek langsung terhadap patogen.

 

Produk yang paling umum dalam kategori ini berasal dari mikroorganisme yang mencakup glukan yang berasal dari alga atau ragi, lipopolisakarida, sel bakteri yang dimatikan, dan peptidoglikan. Nilai yang dirasakan dalam budidaya perikanan didasarkan pada sejumlah percobaan yang dimaksudkan untuk menunjukkan efek “stimulasi” pada berbagai parameter kekebalan tubuh.

 

Respon imun udang

Hemosit yang bersirkulasi pada udang memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam penyerapan langsung dan pembunuhan agen infeksi, tetapi juga dalam sintesis dan sekresi sejumlah molekul. Pada dasarnya, hemosit melakukan reaksi inflamasi seperti fagositosis, penggumpalan hemosit, produksi metabolit oksigen reaktif, dan pelepasan protein mikrobisida.

 

Dalam kondisi yang tidak menantang, sebagian besar faktor imunoreaktif disimpan dalam hemosit, biasanya dalam keadaan tidak aktif. Pelepasan dan aktivasinya terjadi melalui eksositosis yang diatur setelah stimulasi dengan adanya molekul non-self dalam hemolimfa.

 

Sistem imun merupakan hasil kerjasama antara sel, molekul-molekul, dan jaringan yang memiliki peran dalam melawan bakteri penyebab infeksi. Sistem imunitas pada udang tidak mempunyai imunoglobulin untuk kekebalan tubuhnya. Udang hanya mempunyai sistem kekebalan alami yang bersifat nonspesifik. Daya tahan alami ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan sehingga terdapat tingkatan yang berbeda-beda.

 

Efek imunostimulan

Imunostimulan diketahui menginduksi reaksi in vivo seperti perubahan jumlah hemosit, induksi reaksi enkapsulasi, atau profenoloksidase dan melanisasi. Efek in vitro telah dikaitkan dengan aktivasi molekul seperti fenoloksidase, peroksinektin, dan oksigen reaktif.

 

Beberapa pendukung imunostimulan berpendapat bahwa jika pengobatan dengan molekul-molekul ini menyebabkan pelepasan molekul pertahanan ke dalam sirkulasi, maka molekul-molekul ini akan segera tersedia untuk melawan patogen apa pun yang mungkin masuk ke dalam sistem.

 

Risiko serangan penyakit pada udang dapat dikurangi dengan penggunaan imunostimulan. Imunostimulan merupakan suatu zat yang dapat meningatkan respon imun non spesifik udang sehingga dapat tercipta kekebalan tubuh terhadap infeksi suatu patogen.  Peningkatan respon imun ini dimaksudkan agar udang mampu bertahan dari serangan virus atau bakteri yang dapat mengancam kegagalan panen. Hal ini karena imunitas adalah ketahanan atau resistensi terhadap penyakit, terutama pada infeksi yang paling utama bagi setiap makhluk hidup.

 

Tujuan pemberian imunostimulan adalah memperkuat sistem imun udang untuk menekan kematian dan menghindari terjadinya kegagalan panen akibat serangan wabah penyakit. Berikut beberapa sumber imunostimulan untuk memperkuat sistem imun udang dan cara pengaplikasiannya:

 

Imunostimulan yang Bersumber dari Probiotik (Memanfaatkan Lactobacillus sp).

Penggunaan bakteri probiotik dapat dilakukan dengan mencampurkannya ke dalam pakan atau menuangkannya pada air di dalam wadah pemeliharaan udang. Lactobacillus sp. adalah salah satu probiotik udang yang bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan meningkatkan kelangsungan hidup udang. Bakteri probiotik merupakan mikroba hidup yang dapat meningkatkan pemanfaatan nutrisi pakan, meningkatkan sistem imun, dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup inang. Sebagai bakteri probiotik, Lactobacillus sp. juga bisa menekan populasi bakteri Vibrio sp. yang bisa membahayakan udang. Berdasarkan hasil penelitian oleh beberapa institusi, pemberian bakteri Lactobacillus sp. pada udang terbukti mampu meningkatkan imun pada udang. Jika imun udang sudah kuat, kekebalan tubuhnya pun akan meningkat.

 

Lactobacillus sp. merupakan bakteri penghasil asam laktat yang memproduksi antimikroba berupa bakteriosin. Bakteriosin ini yang nantinya digunakan untuk menghambat pertumbuhan patogen dan meningkatkan imunitas udang.

 

Teknik pengaplikasian Lactobacillus sp. yang merupakan probiotik ini bisa dilakukan pada saat persiapan lahan dan setelah penebaran benur. Perlu diingat, untuk menghasilkan efektivitas yang tinggi, pemberian Lactobacillus sp. perlu dilakukan secara rutin dan teratur.

 

Imunostimulan yang Bersumber dari Alga

Mikroalga dan makroalga diantaranya spirulina, merupakan sumber beberapa molekul bioaktif yang diketahui dapat meningkatkan sistem imun non spesifik. Produk berbasis ekstrak alga sudah banyak ditemukan di pasaran, dan pemanfaatannya dalam budidaya udang terbukti ampuh dalam meningkatkan resistensi terhadap infeksi berbagai jenis patogen, di antaranya Vibrio alginolyticus, dan WSSV. Pemanfaatan bahan bioaktif yang bersumber dari alga dapat dicampurkan melalui pakan untuk meningkatkan respon imun seluler dan humoral pada udang selama masa pemeliharaan berlangsung.

 

Imunostimulan Bersumber dari Yeast (Ragi)

Ragi umumnya dikenal sebagai bahan dasar dalam pembuatan roti atau bir. Sel ragi mengandung sejumlah nutrien yang dibutuhkan ikan maupun udang, yaitu protein, lipid, vitamin and mineral. Ragi ternyata juga bisa digunakan sebagai feed additive ke dalam pakan udang karena memiliki kandungan β-glukan. Senyawa β-glukan pada sel ragi telah dibuktikan melalui berbagai riset dapat meningkatkan aktivitas enzim phenol oxidase dan serangkaian respon imun udang dalam melawan infeksi bakteri patogen seperti Vibrio harveyi

 

Imunostimulan yang Bersumber dari Feed Additive

Pakan udang dapat diperkaya kandungannya dengan ditambah berbagai macam feed additive sesuai kebutuhan. Penambahan feed additive, seperti acidifier yaitu sodium butirat dapat meningkatkan sistim pertahanan di usus dan hepato udang, vitamin A, C, dan E, dengan dosis yang tepat dapat memperkuat daya tahan tubuh udang terhadap penyakit. Senyawa karotenoid seperti Astaxanthin maupun Cantaxanthine juga menjadi salah satu jenis feed additive komersial yang dapat mengurangi tingkat stres terhadap perubahan lingkungan, dan sebagai antioksidan sebelum atau setelah terserang penyakit.

 

Beberapa imunostimulan telah terbukti efektif sebagai imunomodulator bagi udang yang dibudidayakan. Penggunaan imunostimulan berbasis sumber daya hayati dapat mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan. Ini tentunya lebih aman diterapkan dalam budidaya udang untuk menjamin keamanan produk dan keberlanjutan kegiatan produksi. 

 

Selain penggunaan imunostimulan, keberhasilan dan keberlanjutan budidaya udang juga tidak terlepas dari manajemen pakan, kualitas air, dan pengelolaan air limbah yang sesuai dengan panduan Cara Budidaya Ikan yang Baik untuk komoditas udang

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!