Dalam beberapa bulan terakhir, nama Maggot mendadak populer di kalangan pembudi daya ikan di Indonesia. Nama tersebut menjadi buah bibir, karena Pemerintah Indonesia sejak awal 2020 sudah menyebutkan akan menjadikan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) itu sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan ikan.
Apa itu Maggot ? Melalui artikel kali ini mari kita mengenal Maggot dan potensinya atau bahkan juga kekurangannya sebagai sumber nutrisi alternatif aquafeeds. Maggot merupakan salah satu bahan baku alternatif yang cukup potensial. Hal ini karena maggot memiliki kandungan protein yang tinggi, harganya murah dan mudah diadopsi pengembangannya. Selain itu keunggulan lainnya adalah maggot bisa diproduksi dalam waktu singkat dengan jumlah yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan.
Maggot dengan nama latin Hermetia illucens merupakan organisme yang berasal dari larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Maggot dihasilkan melalui metamorfosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang nantinya akan menjadi BSF dewasa. Lalat BSF bukan merupakan vector penyakit. BSF berasal dari Amerika dan selanjutnya tersebar ke wilayah subtropis dan tropis di dunia.
Maggot dapat dibudidayakan dengan memanfaatkan sampah organik yang ada di lingkungan kita. Sampah organik akan terdegradasi dan dapat digunakan sebagai pupuk, sedangkan maggot dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan ikan dan ternak. Sampah organik dari sampah rumah tangga proporsinya dapat mencapai kisaran 70%. Jumlah sampah organik yang cukup besar tersebut sangat potensial dimanfaatkan sebagai media budidaya maggot. Maggot yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk pakan sumber protein pakan dan hasil degradasi sampah digunakan untuk pupuk.
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa maggot potensial sebagai pengganti protein pakan ikan. Berdasarkan informasi dari Elwert et al (2010) dalam In: Tagung Schweine-und Gefugelernahrung, menyampaikan bahwa maggot (Hermetia illucens) memiliki potensi besar untuk substitusi tepung ikan karena kandungan protein yang cukup tinggi (30 – 50 %). Sedangkan menurut Fahmi et al (2009) yang dimuat dalam J. Akuakultur menyatakan bahwa kandungan protein maggot ukuran kecil (10-15 mm) mencapai 60,2 %, dan maggot ukuran besar (20-25 mm) kandungan proteinnya 32,3%.
Pada penelitian uji coba pertumbuhan ikan yang dilakukan oleh Fahmi et al. (2009) dalam J. Akuakultur, menyampaikan bahwa pada uji coba pertumbuhan ikan, pemanfaatan maggot sebagai suplemen pakan ikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan. Dampak penggunaan maggot juga terlihat pada peningkatan status kesehatan ikan. Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Priyadi et al (2009) yang disampaikan dalam J. Akuakultur juga menyatakan bahwa substitusi maggot sebagai sumber protein pengganti tepung ikan sangat potensial. Dari hasil penelitian yang dilakukan direkomendasikan bahwa substitusi maggot sebagai sumber protein pengganti tepung ikan tidak lebih dari 16,5%. BSF tidak menggigit, menyengat, atau menyebarkan penyakit. BSF mengandung protein yang tinggi, memiliki profil asam amino yang kuat dan mudah dicerna.
Studi pemberian makan dengan BSF yang dihilangkan lemaknya dan tanpa tepung ikan telah bayak dilakukan. Seperti studi yang dilakukan dimana hasilnya ikan trout tumbuh secepat kelompok kontrol dengan pakan yang ada tepung ikan. Ada sesuatu pada BSF yang sangat enak yang membuat Ikan Trout sangat ingin memakannya. Karena diketahui bahwa ternyata tepung BSF merupakan sumber nukleotida, zat perasa yang sudah umum digunakan sebagai feeding stimulant.
Pencarian untuk menemukan solusi yang layak untuk ketergantungan industri akuakultur pada pakan ikan. Meningkatnya permintaan untuk sumber daya yang terbatas ini dimana hari-hari tepung ikan dan minyak ikan yang murah sudah lama berlalu. Solusi dari keterbatasan tepung ikan saat ini diketahui bahwa ternyata BSF lebih dari sekadar protein potensial untuk ikan. Walaupun demikian BSF mempunyai kitin, yang ditemukan di kerangka luar serangga, yang dapat mengandung protein, yang tidak mudah dicerna. Dan sementara BSF mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan ikan karnivora, BSF tidak mengandung kadar asam lemak omega-3 seperti yang ditemukan dalam tepung ikan dan minyak ikan.
Level omega-3 pada BSF bisa ditingkatkan dengan memberi mereka pakan omega-3. Apakah itu hemat biaya atau tidak tergantung pada substrat yang digunakan. Walaupun kurang kadar lemak omega 3 pada BSF tidak menjadi masalah, kita tetap bisa mensubstitusi tepung ikan dengan bahan protein BSF. Disini yang dicari adalah protein yang baik dan bahan lipid yang baik. BSF tidak akan pernah menyamai kedelai dalam kapasitas sebagai sumber protein paling melimpah di dunia. Tetapi kita membutuhkan bahan alternatif berkualitas tinggi yang menjanjikan.
Evaluasi pakan dengan BSF terhadap pertumbuhan & kesehatan udang vaname
Penggunaan tepung serangga, terutama yang berasal dari larva black soldier fly (BSF, Hermetia illucens) sebagai bahan aquafeed sedang diselidiki dan semakin diadopsi oleh industri aquafeed. Sebagian besar penelitian berfokus pada potensi tepung serangga sebagai bahan protein alternatif untuk beberapa spesies ikan termasuk ikan trout pelangi, salmon, karper, bass laut, dan ikan lele .
Udang putih Pasifik (Litopenaeus vannamei) adalah spesies akuakultur terkemuka di dunia. Selama bertahun-tahun, budidayanya telah dipengaruhi oleh beberapa penyakit yang menyebabkan kematian dan kerugian yang signifikan. Beberapa dari penyakit ini seperti White Feces Syndrome (WFS), Early Mortality Syndrome (EMS) atau Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) berdampak serius pada organ pencernaan udang yang terinfeksi, dan banyak penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan usus L. vannamei, termasuk melalui penggunaan bahan pakan baru.
Beberapa penelitian telah mengevaluasi pemberian makan eksperimental udang L. vannamei dengan makanan berbasis serangga, termasuk dari ulat bambu (Tenebrio molitor), kepompong ulat sutera (Bombyx mori) dan lalat tentara hitam (BSF, Hermetia illucens). BSF adalah serangga saprofit [hewan yang makan dengan menyerap bahan organik terlarut dari produk penguraian dan pembusukan organik] serangga yang biasa digunakan untuk daur ulang limbah hewan dan limbah organik lainnya secara berkelanjutan. Larvanya kaya akan protein dan lipid, dan juga dianggap sebagai sumber protein alternatif yang menjanjikan untuk hewan air.
Sejumlah penelitian telah mengevaluasi keefektifan BSF sebagai pengganti tepung ikan dalam pakan udang L. vannamei. Beberapa peneliti melaporkan bahwa respon pertumbuhan diamati jika jumlah tepung ikan diganti dengan tepung BSF tidak lebih dari 25 persen. Studi lain menunjukkan bahwa substitusi BSF kurang dari 30 persen tepung ikan dalam pakan tidak berdampak negatif terhadap kinerja pertumbuhan udang L. vannamei. Selain itu, larva BSF telah terbukti secara berbeda mempengaruhi kesehatan usus spesies ikan yang berbeda, dengan hasil yang menunjukkan dari tidak ada efek yang diamati hingga perubahan patologis yang signifikan pada dinding usus. Masih belum jelas bagaimana diet BSF mempengaruhi kesehatan usus L. vannamei.
Percobaan dilakukan di Guangdong Ocean University, Zhanjiang, China dengan udang L. vannamei juvenile yang bersumber dari hatchery local, mengevaluasi efek pemberian pakan yang ada BSF pada pertumbuhan, kesehatan usus, dan kerentanan terhadap V. parahaemolyticus dari udang L. vannamei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan tepung ikan pengganti BSF 10 persen tidak berdampak negatif terhadap kinerja pertumbuhan dan histologi usus udang dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup setelah infeksi bakteri patogen. Penggantian 20 persen tepung ikan tidak menunjukkan efek negatif pada integritas usus udang dan mendorong modulasi positif dalam mikrobiota usus. Namun, penggantian tepung ikan yang lebih tinggi, hingga 30 persen, memicu degenerasi dan kematian terprogram (apoptosis) sel usus dan merugikan udang.