Peningkatan praktik budidaya merupakan pendekatan yang efektif untuk mengurangi kejadian stres dan dampaknya terhadap laju pertumbuhan dan kematian pada spesies budidaya. Selain praktik budidaya, suplementasi nutrisi adalah cara lain untuk menyempurnakan pertahanan kekebalan dan antioksidan spesies akuatik. Dalam konteks ini, nutrisi seperti asam amino bebas dan turunannya, nukleotida, dan antioksidan seringkali diberikan sebagai imunostimulator, terutama selama periode kritis seperti cuaca, atau perpindahan (transportasi).
Ketika diproduksi dalam kondisi yang sangat terkontrol, hidrolisat protein, dan terutama yang berasal dari laut seperti hidrolisat protein ikan (Fish Protein Hydrolisate/FPH), secara alami kaya akan nutrisi. Selain itu, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa FPH kaya akan peptida bioaktif yang memiliki kepentingan nutraceutic (yang memberikan manfaat fisiologis), seperti hormon pertumbuhan, antioksidan, dan peptida antistres dan antimikroba.
Stres suhu
Variasi suhu dan salinitas merupakan permasalahan iklim yang paling penting dalam budidaya perikanan. Meskipun cuaca dingin biasanya mengganggu asupan pakan dan pertumbuhan, dampak buruknya biasanya lebih kecil dibandingkan cuaca hangat terhadap kesehatan spesies perairan.
Tanpa petunjuk metabolit apa pun, kita hanya dapat berasumsi bahwa FPH menunda proses fisiologis yang bertanggung jawab atas morbiditas (banyaknya penyakit) ikan, mungkin karena efek mirip hormon dan/atau antistres.
Penurunan kualitas air
Melalui intensifikasi, kualitas air rata-rata seringkali mendekati batas yang tidak dapat ditoleransi oleh spesies akuatik untuk pertumbuhan optimal. Gangguan apa pun terhadap kualitas air akibat pemberian pakan yang berlebihan, kepadatan tebar yang berlebihan, kekurangan pasokan air, atau booming plankton dapat menimbulkan konsekuensi penting terhadap kesehatan dan pertumbuhan spesies yang dibudidayakan.
Dua uji coba tantangan amonia dilaksanakan pada ikan lele juvenil (Pangasius hypophthalmus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan berat rata-rata 13 gram untuk menilai dampak FPH terhadap tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan. Ikan diberi pakan selama 10 minggu dengan pakan komersial yang diformulasikan dengan kadar tepung ikan yang berbeda-beda dan ditambah atau tidak dengan 1,8 persen FPH pada pakan nila dan 3,0 persen FPH pada pakan ikan lele.
Setelah periode pemberian makan tersebut, 10 ikan nila dan 20 ikan lele ditempatkan di akuarium untuk uji amonia yang terdiri dari beban nitrogen amonia total 150 ppm yang konstan selama 48 jam dengan pertukaran air 100 persen setiap hari. Kedua hidrolisat protein ikan tersebut mempunyai dampak positif terhadap kelangsungan hidup terhadap tingginya kandungan amonia pada ikan yang diberi pakan dengan atau tanpa tepung ikan.
Sebagai produk akhir metabolisme protein, amonia merupakan racun yang paling umum dalam budidaya. Lebih beracun dalam bentuknya yang tidak terionisasi, amonia dengan mudah berdifusi melintasi membran insang ikan, mengurangi aliran ekskresi amonia ke luar. Akibatnya, kadar amonia dalam plasma ikan meningkat dan menyebabkan berbagai respons fisiologis yang mirip dengan gejala anoksia, yang pada akhirnya menyebabkan kematian ikan dalam kasus yang serius.
Beberapa penelitian yang diterapkan pada hidrolisat protein ikan telah menunjukkan fungsi biokimianya, termasuk sifat antioksidan yang kuat. Dengan demikian, dimungkinkan untuk meningkatkan pertahanan antioksidan hewan berkat suplementasi FPH dan, sebagai konsekuensinya, mengurangi efek buruk dari produksi spesies oksigen reaktif yang berlebihan dari tekanan seperti anoksia (kekurangan oksigen ekstrim) yang disebabkan oleh gangguan kimia dan fisik.
Asupan pakan, pertumbuhan
Merupakan praktik umum untuk melengkapi pakan akuatik dengan penambah palatabilitas yaitu dengan suplementasi FPH, selama periode kritis dan penuh tekanan seperti pemijahan, musim dingin, dan perawatan antibiotik oral.
Peningkatan konversi pakan mungkin mencerminkan pengurangan peradangan usus yang disebabkan oleh pakan nabati dan atau optimalisasi flora usus. Konsumsi pakan yang lebih tinggi yang dicatat dengan suplementasi protein hidrolisat ikan tentu saja disebabkan oleh peningkatan palatabilitas pakan.
Resistensi terhadap patogen
Karena sekresi kortisol yang terus menerus, stres kronis sangatlah berbahaya, karena menyebabkan imunosupresi dan dengan demikian meningkatkan risiko wabah penyakit.
Tantangan penyakit dimulai pada ikan nila remaja dengan berat rata-rata 37,7 ± 2,2 g setelah uji coba pemberian pakan selama 42 hari yang dilaksanakan dengan pakan komersial kontrol, dengan atau tanpa suplementasi FPH dengan dosis 2 persen. Suspensi bakteri yang mengandung 9 x 108 unit pembentuk koloni Aeromonas hydrophila disuntikkan ke dalam rongga perut ikan. Empat ulangan dengan 15 ikan/ulangan diinokulasi dan dipantau selama 10 hari.
Pada akhir periode ini, rata-rata kelangsungan hidup ikan yang mendapat pakan kontrol sangat tinggi, sehingga status kesehatan awal sebelum tantangan penyakit sangat baik. Meskipun tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, suplementasi FPH secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan dari 88 menjadi 98 persen (P <0,02).
Berkat fungsi bioaktifnya (kebanyakan sebagai antistres dan imunostimulan), FPH mungkin telah meningkatkan kesehatan ikan secara keseluruhan sebelum dan atau selama uji coba tantangan. Kedua, FPH mungkin merupakan sumber alami peptida antimikroba, yang mungkin efektif melawan A. hydrophila.
Kesimpulan
Meskipun praktik budidaya perikanan terus ditingkatkan, kejadian-kejadian yang menimbulkan stres akan tetap melekat pada budidaya akibat bahaya iklim dan kegiatan operasional. Hidrolisat protein ikan adalah solusi nutrisi yang sangat baik untuk mengurangi dampak buruk dari stres terhadap kinerja hewan budidaya. Berkat konsentrasi tinggi senyawa nitrogen alami yang berbobot molekul rendah yang mencakup nukleotida, asam amino dan turunannya, serta peptida bioaktif, FPH bertindak secara langsung atau tidak langsung terhadap penerimaan pakan spesies akuatik, transformasi pakan, dan pertahanan kekebalan bawaan untuk memulihkan atau meningkatkan tingkat pertumbuhan dan status kesehatan.
Dengan sifat antimikrobanya, FPH merupakan alternatif yang baik untuk pengganti pengobatan antibiotik dan tindakan preventif serta bahan tambahan pakan yang dapat digunakan sebagai stimulan kekebalan atau agen antioksidan. Selain itu, profil peptida bioaktifnya dan efek fisiologis yang menyertainya didorong oleh pengaruh proses hidrolisis seperti jenis enzim, suhu, jadwal waktu, dan pH.