Essential oil, juga dikenal sebagai minyak atsiri, adalah senyawa yang sangat beraroma dari rumput, pohon, dan tanaman yang harum. Kata “esensial” menunjukkan bahwa minyak atsiri sangat penting bagi kehidupan tanama. Kata “esensial” berasal dari kata “saripati”, yang dapat didefinisikan sebagai “esensi murni dan pekat dari suatu zat”. Minyak atsiri mengandung sebagian besar zat aktif tumbuhan.
Banyak campuran minyak atsiri telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan tradisional dalam pengobatan penyakit bakteri dan virus, peradangan, nyeri, dan bahkan beberapa jenis kanker. Saat ini, essential oil umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, parfum, produk pembersih, dan perasa untuk makanan dan minuman.
Seiring popularitas minyak atsiri meningkat, produk khusus untuk pasar ternak dan akuakultur dalam negeri telah muncul. Produk-produk ini yang sering dijual sebagai aditif pakan tampaknya terkait dengan perolehan kinerja yang terealisasi. Beberapa penelitian telah berfokus pada penguraian cara kerja minyak atsiri. Tampaknya modulasi mikroflora usus memainkan peran penting, tetapi masih banyak pertanyaan tentang bagaimana aditif memberikan efikasi yang nyata.
Pada tingkat hewan, penelitian dengan ternak domestik menunjukkan bahwa minyak atsiri dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta meningkatkan kemampuan menangkal penyakit. Meskipun lebih sedikit penelitian yang menggunakan minyak atsiri pada hewan akuaultur seperti ikan telah dilakukan, data juga menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki manfaat dalam meningkatkan pertumbuhan dan mengendalikan penyakit.
Penelitian
Di Pusat Akuakultur Air Hangat Nasional Thad Cochran di Stoneville, Mississippi, AS pada tahun 2011, telah dilakukan uji coba untuk menguji efek minyak atsiri enkapsulasi matriks komersial pada penambahan berat badan, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan ( FCR) dan kelangsungan hidup ikan lele (channel catfish).
Perlakuan 1 adalah kontrol dengan diet komersial dengan protein kasar 32 persen. Perlakuan 2 menggunakan pakan yang sama dengan penambahan minyak atsiri sebanyak 200 g/MT pakan.
Ikan diberi makan sekali sehari sampai kenyang selama 12 minggu dan ditimbang setiap empat minggu. Kualitas air dipantau selama penelitian. Di akhir penelitian, fillet dari dua ikan per tangki dianalisis protein dan lemaknya.
Hasil Penelitian
Suhu air dan konsentrasi oksigen terlarut masing-masing rata-rata 32,9 derajat-C dan 9,3 mg/L. Total amonia nitrogen dan nitrit masing-masing rata-rata 0,34 dan 0,01 mg/L. Pada minggu ke-8, ikan dalam perlakuan 2 bertambah berat (51,4 ± 1,9 berbanding 37,3 ± 5,1 gram/ekor) dan memiliki tingkat pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi (1,8 ± 0,1 berbanding 1,5 ± 0,1) daripada kontrol (P <0,03).
Pada akhir penelitian, ikan yang menerima produk minyak atsiri bertambah berat (76,9 ± 2,0 berbanding 53,4 ± 3,2 g/ekor) dan memiliki laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi (1,5 ± 0,1 berbanding 1,3 ± 0,1) daripada kontrol (P < 0,001).
Selain itu, ikan yang diberi minyak atsiri mengonsumsi lebih banyak pakan (104,3 ± 3,6 berbanding 79,6 ± 3,0 gram/ikan), menunjukkan peningkatan palatabilitas pakan.
Terjadi peningkatan FCR (1,36 berbanding 1,51) pada ikan yang menerima minyak atsiri. Tingkat kelangsungan hidup sekitar 90 persen serupa di kedua perlakuan, karena tidak ada wabah alami penyakit yang tercatat. Analisis komposisi fillet menunjukkan bahwa jumlah lemak dalam fillet ikan yang diberi minyak atsiri lebih rendah (16,1 berbanding 18,7 persen), dan jumlah protein lebih tinggi (79,6 berbanding 76,5 persen) dibandingkan dengan kontrol (P <0,09).
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberi minyak atsiri mengonsumsi lebih banyak pakan dan menambah berat badan lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian minyak atsiri. Selain itu, fillet dari ikan yang diberi minyak atsiri cenderung memiliki jumlah protein yang lebih tinggi dan jumlah lemak yang lebih rendah. Penambahan minyak atsiri ke dalam makanan ikan lele terbukti bermanfaat dalam meningkatkan palatabilitas pakan serta efisiensi pertumbuhan ikan lele.