Ikan nila terkadang disebut sebagai “ayam air” karena pertumbuhannya yang cepat dan adaptasi terhadap spektrum lingkungan yang luas serta keadaan dan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi di penangkaran yang tinggi. Merupakan salah satu spesies yang paling menjanjikan untuk budidaya perairan dan memiliki nilai kebutuhan energi makanan yang lebih rendah dibandingkan ikan lain karena tidak harus mempertahankan suhu tubuh yang stabil.
Telah dilaporkan bahwa bahan tambahan pakan dapat berupa bahan bernutrisi dan non-nutrisi dan bekerja secara langsung atau tidak langsung pada sistem metabolisme hewan. Bahan tambahan pakan ditambahkan dalam jumlah kecil (secara terpisah atau dalam kombinasi) untuk tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan kualitas ikan sebagai produk akhir, untuk menjaga kualitas fisik dan kimia pakan atau untuk mempertahankan kualitas lingkungan perairan. Ada beragam jenis bahan tambahan pakan yang digunakan dalam pakan akuatik. Beberapa bahan tambahan digunakan pada pakan ikan untuk menjaga karakteristik nutrisi makanan atau bahan pakan sebelum diberikan (misalnya antioksidan dan penghambat jamur atau mold inhibitor). Meningkatkan dispersi bahan atau pelet pakan (misalnya pengemulsi, stabilisator dan pengikat), memfasilitasi konsumsi pakan (misalnya stimulan atau atraktan pakan) dan mendorong pertumbuhan (misalnya pemacu pertumbuhan, termasuk probiotik dan hormon). Selain itu, Enzim juga digunakan untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi tertentu (misalnya protease, amilase) atau untuk menghilangkan keberadaan antinutrien tertentu (misalnya fitase).
Asam guanidinoasetat (GAA) tersedia secara komersial sebagai aditif pakan dan lebih efektif dibandingkan arginin (Arg) atau kreatin (Cre) sebagai suplemen karena harganya yang lebih ekonomis dan stabilitas kimia yang lebih tinggi. GAA adalah sintesis senyawa alami dari Arg dan glisin melalui Arg : glisin midinotransferase (AGAT) atau diproduksi melalui sintesis kimia. Setelah pembentukan atau penyerapan oleh usus kecil, GAA diubah menjadi kreatin (Cre) melalui guanidinoacetic methyl transferase (GAMT) dan kemudian difosforilasi menjadi fosfokreatin (PCr), yang diperlukan untuk mempertahankan homeostasis energi dalam sel otot dan bertindak sebagai reservoir dinamis fosfat berenergi tinggi (buffering sistem fosfokreatin/ Cre dan rasio ATP/ADP).
Hubungan antara diet berenergi tinggi dengan permintaan kreatin otot yang lebih tinggi mungkin disebabkan oleh penggunaan nutrisi makanan dan energi yang lebih efisien, sehingga menghasilkan tingkat pertumbuhan konversi pakan yang lebih baik. GAA sebagai prekursor kreatin dapat secara langsung meningkatkan kandungan ATP dan fosfokreatin dan penguraian glukosa untuk menghasilkan energi. Suplementasi GAA pada makanan berperan penting dalam metabolisme energi dengan meningkatkan konsentrasi kreatin dan kreatin fosfat : rasio ATP otot. Selain itu, dilaporkan bahwa penggunaan energi dapat dicapai dengan menambahkan kreatin atau GAA sebagai prekursor keratin.
Kurangnya kreatin dapat membatasi ketersediaan metionin untuk sintesis protein dan fosfatidilkolin, sehingga membatasi pertumbuhan otot. Selain itu, dilaporkan bahwa GAA dapat mengkompensasi Arg dalam pola makan yang kekurangan Arg, meningkatkan kinerja pertumbuhan dan membantu mempertahankan secara keseluruhan homeostatis energi pada hewan.
Hasil penelitian Mahmoud el sayed, et al (2019) dimana penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi dampak suplementasi asam guanidinoasetat (GAA) pada pakan ikan dengan variabel kandungan energi yang diturunkan terhadap kinerja pertumbuhan dan parameter serum darah ikan nila.
Metodologi penelitian: Ikan nila muda (fase juvenile) dengan berat rata-rata 20 g dibudidayakan di akuarium kaca dan diberi empat macam pakan pelet yang diformulasikan. selama 60 hari. Percobaan dibagi menjadi empat kelompok eksperimen: kelompok pertama (G1) diberi diet kontrol dasar tanpa suplementasi GAA. Kelompok eksperimen lainnya, G2, G3 dan G4, diberi pakan dengan tingkat energi berbeda (25, 50 dan 75)kkal/kg masing-masing lebih sedikit dibandingkan kontrol) dan ditambah dengan GAA 0,06%.
Hasil: Ikan di G2 dan G3 memiliki berat badan akhir (FBWs) dan pertambahan berat badan (BWGs) yang jauh lebih tinggi dibandingkan ikan di kelompok eksperimen lainnya. Selain itu, ikan di G4 memiliki (BWGs) dan rasio efisiensi protein (PERs) yang jauh lebih rendah dibandingkan ikan-ikan pada kelompok eksperimen lainnya. Kadar glukosa dan urea serum pada ikan G4 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada ikan di kelompok eksperimen lainnya.
Kesimpulan
Penurunan energi cerna (Digestible Energy) hingga 50 kkal/kg dikombinasikan dengan suplementasi GAA pada tingkat 0,06% meningkatkan kualitas hidup dan kinerja pertumbuhan ikan nila secara signifikan. Selain itu, efek menguntungkan dari GAA lebih menonjol pada diet rendah energi. Suplementasi GAA pada ikan nila dengan penurunan tingkat energi pakan (DE) sebesar 25 atau 50 kkal/kg DE menyebabkan kadar serum darah ikan Nila lebih tinggi daripada di kelompok kontrol.