(021) 83787990

contact@fenanza.id

Kualitas Air Tingkatkan Nilai Konversi Pakan Pada Budidaya Intensif Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

 

Sejak di introduksi ke Indonesia pada tahun 2000, udang vanname (Litopenaeus vannamei) telah menjelma menjadi salah satu komoditas unggulan sektor budidaya perikanan nasional Di Indonesia kepadatan yang umum dilakukan di berbagai daerah antara 80–100 ek/m2 udang vaname dan dapat ditingkatkan hingga 300 ek/m2.

 

Pengelolaan budidaya udang vaname di Indonesia dilakukan dengan berbagai pola dan sistem budidaya. Dimulai dari yang masih menggunakan sistem budidaya tradisional sampai super intensif dengan aplikasi teknologi yang beranekaragam.

 

Penerapan sistem budidaya intensif maupun super intensif yang begitu digemari oleh para pembudidaya bisa memberikan dampak polusi pada ekosistem budidaya dalam bentuk penumpukan beban limbah budidaya. Penumpukan beban limbah tersebut berasal dari aktifitas input budidaya seperti limbah pakan yang terbuang, pemupukan, pengapuran, karapas hasil moulting udang dan berbagai perlakuan lainnya selama periode budidaya berlangsung.

 

Peningkatan produksi udang vaname berkorelasi dengan meningkatnya penggunaan pakan sebagai salah satu faktor produksi utama dalam kegiatan budidaya secara semi-intensif dan intensif. Alokasi biaya pakan pada budidaya udang dapat menyerap 60%–70% dari total biaya produksi udang. Tingginya biaya pakan antara lain disebabkan karena rasio konversi pakan (FCR) cenderung meningkat.

 

Faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan adalah kualitas dan pengelolaan pakan selama pemeliharaan seperti pendugaan sintasan, dosis, dan waktu pemberian pakan. Dampak lain dari FCR yang tinggi menyebabkan air media dapat tercemar akibat akumulasi sisa pakan dan ekskresi amonia dengan cepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan baru yang mampu mengatasi permasalahan dalam hal efisiensi pengadaan pakan.

 

Salah satu pendekatan untuk menekan biaya adalah melalui pergiliran pakan yaitu pakan protein tinggi digilir dengan pakan protein rendah. Dengan menggunakan pakan yang berkadar protein rendah maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat menekan biaya produksi. Pemberian pakan buatan/komersil baik ukuran dan jumlahnya harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding) karena hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan udang lambat, tidak seragam, badan keropos, dan timbulnya kanibalisme, serta menurunnya kualitas air atau pencemaran ke lingkungan budidaya.

 

Penambahan beban limbah yang terus bertambah dan karakter ekosistem tambak yang dinamis akan berpengaruh terhadap fluktuasi dinamika faktor fisika kimia air. Faktor fisika kimia atau kualitas air secara keseluruhan dalam lingkungan budidaya adalah indikator penting bagi kenyamanan organisme akuatik untuk hidup selama siklus budidaya berlangsung.  Sehingga, secara tidak langsung kondisi parameter fisika kimia dengan kadar konsentrasi yang stabil dan ideal akan memberikan pengaruh positif terhadap tingkat produktifitas panen udang.

 

Adapun yang dimaksud dengan indikator produktifitas panen ialah semua variabel produksi yang meliputi berat biomassa udang, nilai survival rate, laju pertumbuhan, dan nilai FCR pakan udang. Salahsatu komponen strategis dalam produksi budidaya intensif yang harus sering diperhatikan adalah tingkat nilai konversi pakan udang. Nilai konversi pakan yang rendah akan meningkatkan efisiensi penyerapan pakan oleh udang. Sehingga, kandungan nutrisi pada pakan dapat termanfaatkan secara efisien serta laju pertumbuhan udang dapat berjalan stabil.

 

Salah satu cara untuk menjaga supaya nilai konversi pakan udang efektif atau tidak tinggi adalah dengan menjaga stabilitas parameter kualitas air sebagai indikator lingkungan tempat tinggal udang. Berdasarkan penjabaran literasi tersebut, berikut saya kutip  penelitian yang mengkaji hubungan parameter fisika-kimia air terhadap tingkat konversi pakan udang pada tambak intensif udang vanname (Litopenaeus vannamei).

 

Hasil penelitian Aruadi, H et al (2020) menunjukkan bahwa FCR atau rasio konversi pakan adalah salah satu indikator strategis pada produksi tambak yang sangat penting untuk penentuan biaya yang dikeluarkan selama periode budidaya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bahwa pada tambak intensif parameter suhu, salinitas, dan alkalinitas adalah parameter kualitas air yang memiliki keeratan hubungan terhadap efisiensi nilai FCR di tambak, dengan parameter suhu adalah variabel kualitas air yang memiliki pengaruh langsung terhadap efektifitas rasio konversi pakan oleh udang.

 

Adapun kualitas air yang yang dicapai dalam penelitian ini dengan pencapaian nilai FCR ideal 1.27-1.37 adalah sebagai berikut :

Parameter

Nilai kisaran

pH

:  7.9 – 8.5

Suhu

:  28 – 29oC

Oksigen terlarut

:  5.5 – 6 ppm

salinitas

:  22 – 23 ppt

Alkalinitas

: 156 – 171 ppm

FCR

: 1.27 – 1.37

 

Dari data tabel tersebut diatas dapat dilihat korelasi pencapaian parameter ideal kualitas air dapat meningkatkan nilai konversi pakan yang ideal.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, pada tambak intensif parameter suhu, salinitas, dan alkalinitas adalah parameter kualitas air yang memiliki keeratan hubungan terhadap efisiensi nilai FCR di tambak, dengan parameter suhu adalah variabel kualitas air yang memiliki pengaruh langsung terhadap efektifitas rasio konversi pakan oleh udang.

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya

 

Sejak di introduksi ke Indonesia pada tahun 2000, udang vanname (Litopenaeus vannamei) telah menjelma menjadi salah satu komoditas unggulan sektor budidaya perikanan nasional Di Indonesia kepadatan yang umum dilakukan di berbagai daerah antara 80–100 ek/m2 udang vaname dan dapat ditingkatkan hingga 300 ek/m2.

 

Pengelolaan budidaya udang vaname di Indonesia dilakukan dengan berbagai pola dan sistem budidaya. Dimulai dari yang masih menggunakan sistem budidaya tradisional sampai super intensif dengan aplikasi teknologi yang beranekaragam.

 

Penerapan sistem budidaya intensif maupun super intensif yang begitu digemari oleh para pembudidaya bisa memberikan dampak polusi pada ekosistem budidaya dalam bentuk penumpukan beban limbah budidaya. Penumpukan beban limbah tersebut berasal dari aktifitas input budidaya seperti limbah pakan yang terbuang, pemupukan, pengapuran, karapas hasil moulting udang dan berbagai perlakuan lainnya selama periode budidaya berlangsung.

 

Peningkatan produksi udang vaname berkorelasi dengan meningkatnya penggunaan pakan sebagai salah satu faktor produksi utama dalam kegiatan budidaya secara semi-intensif dan intensif. Alokasi biaya pakan pada budidaya udang dapat menyerap 60%–70% dari total biaya produksi udang. Tingginya biaya pakan antara lain disebabkan karena rasio konversi pakan (FCR) cenderung meningkat.

 

Faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan adalah kualitas dan pengelolaan pakan selama pemeliharaan seperti pendugaan sintasan, dosis, dan waktu pemberian pakan. Dampak lain dari FCR yang tinggi menyebabkan air media dapat tercemar akibat akumulasi sisa pakan dan ekskresi amonia dengan cepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan baru yang mampu mengatasi permasalahan dalam hal efisiensi pengadaan pakan.

 

Salah satu pendekatan untuk menekan biaya adalah melalui pergiliran pakan yaitu pakan protein tinggi digilir dengan pakan protein rendah. Dengan menggunakan pakan yang berkadar protein rendah maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat menekan biaya produksi. Pemberian pakan buatan/komersil baik ukuran dan jumlahnya harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding) karena hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan udang lambat, tidak seragam, badan keropos, dan timbulnya kanibalisme, serta menurunnya kualitas air atau pencemaran ke lingkungan budidaya.

 

Penambahan beban limbah yang terus bertambah dan karakter ekosistem tambak yang dinamis akan berpengaruh terhadap fluktuasi dinamika faktor fisika kimia air. Faktor fisika kimia atau kualitas air secara keseluruhan dalam lingkungan budidaya adalah indikator penting bagi kenyamanan organisme akuatik untuk hidup selama siklus budidaya berlangsung.  Sehingga, secara tidak langsung kondisi parameter fisika kimia dengan kadar konsentrasi yang stabil dan ideal akan memberikan pengaruh positif terhadap tingkat produktifitas panen udang.

 

Adapun yang dimaksud dengan indikator produktifitas panen ialah semua variabel produksi yang meliputi berat biomassa udang, nilai survival rate, laju pertumbuhan, dan nilai FCR pakan udang. Salahsatu komponen strategis dalam produksi budidaya intensif yang harus sering diperhatikan adalah tingkat nilai konversi pakan udang. Nilai konversi pakan yang rendah akan meningkatkan efisiensi penyerapan pakan oleh udang. Sehingga, kandungan nutrisi pada pakan dapat termanfaatkan secara efisien serta laju pertumbuhan udang dapat berjalan stabil.

 

Salah satu cara untuk menjaga supaya nilai konversi pakan udang efektif atau tidak tinggi adalah dengan menjaga stabilitas parameter kualitas air sebagai indikator lingkungan tempat tinggal udang. Berdasarkan penjabaran literasi tersebut, berikut saya kutip  penelitian yang mengkaji hubungan parameter fisika-kimia air terhadap tingkat konversi pakan udang pada tambak intensif udang vanname (Litopenaeus vannamei).

 

Hasil penelitian Aruadi, H et al (2020) menunjukkan bahwa FCR atau rasio konversi pakan adalah salah satu indikator strategis pada produksi tambak yang sangat penting untuk penentuan biaya yang dikeluarkan selama periode budidaya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bahwa pada tambak intensif parameter suhu, salinitas, dan alkalinitas adalah parameter kualitas air yang memiliki keeratan hubungan terhadap efisiensi nilai FCR di tambak, dengan parameter suhu adalah variabel kualitas air yang memiliki pengaruh langsung terhadap efektifitas rasio konversi pakan oleh udang.

 

Adapun kualitas air yang yang dicapai dalam penelitian ini dengan pencapaian nilai FCR ideal 1.27-1.37 adalah sebagai berikut :

Parameter

Nilai kisaran

pH

:  7.9 – 8.5

Suhu

:  28 – 29oC

Oksigen terlarut

:  5.5 – 6 ppm

salinitas

:  22 – 23 ppt

Alkalinitas

: 156 – 171 ppm

FCR

: 1.27 – 1.37

 

Dari data tabel tersebut diatas dapat dilihat korelasi pencapaian parameter ideal kualitas air dapat meningkatkan nilai konversi pakan yang ideal.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, pada tambak intensif parameter suhu, salinitas, dan alkalinitas adalah parameter kualitas air yang memiliki keeratan hubungan terhadap efisiensi nilai FCR di tambak, dengan parameter suhu adalah variabel kualitas air yang memiliki pengaruh langsung terhadap efektifitas rasio konversi pakan oleh udang.

Share Artikel Ini
Artikel Berita Lainnya
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!