Sindrom cangkang lunak merupakan penyakit penting dalam sistem budidaya udang yang menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Istilah “sindrom cangkang lunak” atau Soft Shell Syndrome (SSS) digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi yang ditemukan pada udang yang dibudidayakan dalam sistem intensif. SSS ditandai dengan berkembangnya cangkang tipis dan tembus cahaya yang mudah terkelupas dari hewan.
Penyebab Soft-Shell Syndrome pada Udang
Soft-shell Syndrome (SSS) merupakan penyakit udang yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain stres lingkungan, infeksi bakteri, dan infeksi virus.
Enam strain patogen Vibrio diisolasi dari hemolimfa, bersama dengan V. harveyi, V. alginolyticus, V. para-haemolyticus, V. anguillarum, V. splendidus, dan V. vulnificus. V. harveyi merupakan yang paling melimpah dengan konsentrasi 100. Bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan laut dan dapat mencemari tambak udang.
Hal ini dikaitkan dengan kepadatan penebaran yang tinggi, kualitas air yang buruk, dan faktor stres seperti kepadatan dan penanganan. Namun, penyebab paling umum dari SSS adalah air dengan salinitas rendah.
Ketika udang terkena air bersalinitas rendah dalam jangka waktu yang lama, konsentrasi garam dalam darahnya menurun dan udang kehilangan cangkang kerasnya. Hal ini membuat mereka rentan terhadap predator dan bahaya lainnya.
Sindrom cangkang lunak juga akibat dari kekurangan nutrisi, paparan pestisida kimia, kualitas tanah dan air tambak yang buruk, dan sangat berkorelasi dengan praktik pengelolaan yang buruk di tambak. Kurangnya pemberian pakan tambahan yang sistematis pada udang di tambak juga menjadi penyebab terjadinya sindrom cangkang lepas. Perubahan iklim dan kolam yang sudah tua dengan kepadatan penebaran yang tinggi di musim panas rentan terhadap sindrom cangkang lepas.
Tanda & Gejala Sindrom Soft-Shell
Tanda-tanda klinis biasanya terlihat setelah hewan dikeluarkan dari air untuk diperiksa atau dinilai. Hewan yang terkena dampak memiliki cangkang tipis dan tembus cahaya yang dapat dengan mudah terkelupas dari hewan tersebut. Otot dan organ dalam di bawahnya terlihat dan tampak “lunak”.
Ini adalah penyakit bakteri pada udang yang menyebabkan udang kehilangan cangkang kerasnya. Hal ini dapat mengakibatkan kematian jika udang tidak mampu menghasilkan cangkang baru dengan cepat. Gejala SSS antara lain hilangnya cangkang keras, pembengkakan pada tubuh, dan perubahan warna.
Udang yang terkena dampak juga akan menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan yang signifikan dalam tingkat pertumbuhan diamati selama periode budidaya.
Tindakan Pencegahan Untuk Menghindari Soft-shell Syndrome
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penyakit tersebut berdampak positif terhadap produktivitas udang. Memulihkan siklus air akan memperbaiki budidaya L. vannamei dan mengurangi penyakit pada udang.
Pencegahan adalah kuncinya dan praktik sanitasi yang baik penting untuk mencegah kontaminasi kolam dengan bakteri ini.
Pengobatan Sindrom Cangkang Lunak
Tingkat kalsium dan fosfor yang lebih tinggi ditemukan pada hepatopankreas, hemolimfa, dan otot udang bercangkang lunak dibandingkan individu bercangkang keras; Namun, kerangka luar udang normal menunjukkan nutrisi kalsium dan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan udang bercangkang lunak. Diilustrasikan bahwa solusi nutrisi dan lingkungan yang spesifik akan mengatasi kecenderungan ini.
SSS juga bisa disebabkan oleh kualitas air yang buruk atau kekurangan makanan. Jika tidak ditangani, SSS dapat membunuh udang.
Ada beberapa cara untuk mengatasi SSS, antara lain dengan meningkatkan salinitas air, menambahkan antivirus ke dalam air, atau memberi makanan pada udang yang mengandung kadar garam tinggi.
a) Praktik pengelolaan terbaik akan membantu mencegah sindrom cangkang lepas di kolam budidaya.
b) Pakan tambahan dengan suplementasi mineral juga membantu mencegah masalah pada sistem budidaya
c) Pengelolaan parameter kualitas air yang baik pada air tambak akan membantu mencegah sindrom cangkang lepas pada sistem budidaya.